Garam Impor Sebabkan Garam Petani Indramayu Tak Laku di Pasaran
Indramayu - Harga jual garam lokal di Kabupaten Indramayu turun drastis menyusul masuknya garam impor. Anjloknya harga gram ini pun membuat para petani menjerit karena garamnya tidak laku dijual.
Salah satu petani garam asal Desa Muntur, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Robedi (43) menyampaikan, garam lokal saat ini untuk kualitas dua mencapai Rp 1.200,00 per kg dan Rp 900,00 per kg untuk kualitas tiga. Harga ini turun drastis dari sebelumnya yang mencapai Rp Rp 3.500,00-4.000,00 per kg.
"Impor garam saat ini sangat mempengaruhi harga dan penjualan garam petani," tuturnya, Jumat (25/8).
Robedi mengakui, meski harga garam sudah turun, namun tetap lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang hanya di kisaran Rp 200,00–Rp 400,00 per kg.
Dia menduga, para pembeli sengaja menahan pembelian garam petani sambil menunggu harganya lebih jatuh lagi. Robedi menjelaskan, saat ini ada ratusan ton garam di desanya yang belum laku terjual. Garam tersebut hanya ditumpuk di dalam karung-karung di pinggir areal tambak garam.
Jumlah tersebut belum termasuk tumpukan garam di daerah lainnya. "Kalau ditambah dengan garam petani dari desa-desa lain, mungkin masih ribuan ton yang belum laku terjual," ujarnya.
Pihaknya berharap agar pemerintah bisa segera menghentikan impor garam. Pasalnya, panen garam di daerahnya saat ini semakin banyak dan produksi garam juga berlimpah. Sedangkan permintaan garam dari para pembeli justru sedikit.
"Kami berharap agar pemerintah menaikkan harga jual dasar garam di tingkat petani. Karena harga garam di tingkat petani minimal mencapai Rp 1.500,00 per kg," harapnya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Garam (Apgasi) Jawa Barat, M Taufik menyebutkan, harga garam petani untuk kualitas tiga saat ini hanya Rp 700,00 per kg, kualitas dua senilai Rp 1.100,00 per kg dan garam kualitas satu atau yang menggunakan geo membran mencapai Rp 1.500,00 per kg.
Padahal, saat panen perdana garam pada akhir Juli hingga awal Agustus lalu, harga garam petani menyentuh Rp 4.000,00 per kg. Saat itu, kualitas garam petani pun hanya di kisaran kualitas tiga.
Dia mengatakan, penurunan harga garam petani terjadi setiap hari. Akibatnya, para pengepul memilih untuk menahan pembelian garam milik petani karena takut rugi.
Menurutnya, pengepul enggan berspekulasi dan memilih untuk menunggu pembelian garam hingga harganya stabil. Masuknya garam impor di saat panen raya seperti sekarang membuat garam petani jadi terpuruk. Para pembeli lebih menyukai garam impor karena kualitasnya lebih bagus sehingga mengabaikan garam petani.
"Harga garam stabilnya kapan? Setiap hari turun terus," keluhnya Taufik.
Dia berharap agar pemerintah menghentikan impor garam konsumsi. Pasalnya, stok garam di tingkat petani saat ini sudah berlimpah.
Penulis : Agus/Fajarnews
Post a Comment