Ki Tarka Sutaraharja, Ahli Baca Naskah Kuno Dari Indramayu
Indramayu - Sehari-hari aktivitas pria paruh baya ini adalah jaga warung. Sekilas mungkin tak ada yang istimewa dari profesinya. Namun siapa sangka, pria bernama lengkap Tarka Sutarahardja (45) itu sudah mengungkap lebih dari 100 naskah kuno. Ia menerjemahkan naskah atau manuskrip kuno, baik tulisan Aksara Carakan Jawa ataupun Aksara Pegon.
Perjalanannya mengungkap naskah kuno sejak 1995. Mengungkap naskah kuno dimulai saat Tarka diamanahkan saudaranya Wa Masjaya sebuah naskah berjudul Inu Kertapati. Karena tidak mengerti dan penasaran, ia pun terus mempelajarinya dengan acuan buku Pakem Carkan Baru, keluaran Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1991. Gagal menembus naskah kuno itu, kemudian Tarka bertanya kepada Kakek Guru Sutarahardja, seorang purnawirawan yang juga seorang guru.
“Alhamdulillah setelah diajari 2 jam, akhirnya setengah bulan setelah itu perlahan-perlahan saya sedikit bisa mengungkap aksara naskah itu,” ujarnya.
Awalnya, Tarka mengungkap naskah kuno hanya untuk dikonsumsi sendiri. Setelah bertemu dengan Muhamad Mukhtar Z dan Drh RH Bambang Irianto BA di Pusat Konservasi Naskah Klasik Cirebon atau Rumah Budaya Nusantara Pesambangan Jati Cirebon, anggapan itu meluluh. Akhirnya Tarka ikut bergabung dengan keduanya dan diberdayagunakan di lembaga itu. “Sebelum bertemu beliau berdua saya lebih tertutup dan malu. Sampe banyak dari tetangga menyebut saya sebagai seorang dukun. Wah kacau pokoknya. Tapi berkat jasa beliau berdua akhirnya saya juga bisa diizinkan menerjemahkan manuskrip salah satu Keraton Cirebon,” tutur pria yang juga tim Pengusung Museum Bandar Cimanuk (MBC) Indramayu itu.
Ketertarikan Tarka terhadap naskah kuno diawali dengan bahasa-bahasa mantra Jawa atau semacam tutur piwulang (ilmu kaweruh). Setelah ia selesai mengalihaksarakan Babad Cirebon Naskah Sindang (1995), ternyata banyak tersirat bahasa-bahasa filsafat yang ia cari. Dari situ, Tarka menganggap pasti pada setiap naskah-naskah kuno itu tercantum tutur tembung kebaikan. “Sejak itu saya menjadi kesengsem dan selalu ingin membaca naskah-naskah Jawa,” ungkapnya.
Dari sekian banyak naskah yang diungkap, Tarka mengaku ada beberapa pengalaman menarik dan naskah yang unik. Di antaranya manuskrip kulit menjangan dan lontar Indramayu, naskah Pakem Bratayuda milik almarhum Ki Dalang Gondawinata Lemah Abang Indramayu, Naskah Yusuf milik KH Abdullah, Sejarah Cirebon Naskah Keraton Kacirebonan, dan Babad Cirebon Carub Kandha Naskah Tangkil.
“Naskah-naskah itu sungguh manja, tidak bisa disapa sekali lewat. Saya pun harus berhari-hari bahkan berminggu-minggu untuk menelateninya. Kemudian untuk Sejarah Cirebon Naskah Keraton Kacirebonan, dan Babad Cirebon Carub Kandha Naskah Tangkil itu seolah membuat saya bertambah sadar betapa pentingnya penyelamatan warisan budaya,” terang pria yang aktif menjelajah titik-titik naskah kuna yang tersebar di masyarakat khususnya di Indramayu.
Tarka mengaku bersyukur bisa ikut partisipasi pengusung MBC Indramayu, setelah berjuang beberapa tahun bersama Nang Sadewo Indramayu Historia Foundation, akhirnya Bupati Indramayu memberikan gedung untuk MBC. Rencana ke depan, Tarka akan menyimpan beberapa naskah dan pusaka di sana. Banyak teman-teman dan sesepuh yang mendukung adanya MBC bahkan sebagian telah menitipkan beberapa pusaka atau naskah kepada Tarka untuk disimpan di MBC.
Tak lupa, Tarka juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman di Cirebon yang sudah mendukung secara moral atas apa yang selama ini telah ia lakukan. Melalui Pusat Konservasi Naskah Klasik Cirebon atau Rumah Budaya Nusantara Pesambangan Jati Cirebon itu, akhirnya Tarka juga bisa menikmati dan membaca naskah-naskah Jawa Tengahan bahkan sampai Madura (2 naskah kuno tahun 1749).
“Saya berharap generasi muda mau mempelajari naskah, aksara carakan pakem baru adalah merupakan pondasi untuk memasuki gerbang naskah kuno yang penuh dengan keunikan,” pungkas anggota Lembaga Bahasa Lan Sastra Dermayu (LBSD) Indramayu itu.
Perjalanannya mengungkap naskah kuno sejak 1995. Mengungkap naskah kuno dimulai saat Tarka diamanahkan saudaranya Wa Masjaya sebuah naskah berjudul Inu Kertapati. Karena tidak mengerti dan penasaran, ia pun terus mempelajarinya dengan acuan buku Pakem Carkan Baru, keluaran Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1991. Gagal menembus naskah kuno itu, kemudian Tarka bertanya kepada Kakek Guru Sutarahardja, seorang purnawirawan yang juga seorang guru.
“Alhamdulillah setelah diajari 2 jam, akhirnya setengah bulan setelah itu perlahan-perlahan saya sedikit bisa mengungkap aksara naskah itu,” ujarnya.
Awalnya, Tarka mengungkap naskah kuno hanya untuk dikonsumsi sendiri. Setelah bertemu dengan Muhamad Mukhtar Z dan Drh RH Bambang Irianto BA di Pusat Konservasi Naskah Klasik Cirebon atau Rumah Budaya Nusantara Pesambangan Jati Cirebon, anggapan itu meluluh. Akhirnya Tarka ikut bergabung dengan keduanya dan diberdayagunakan di lembaga itu. “Sebelum bertemu beliau berdua saya lebih tertutup dan malu. Sampe banyak dari tetangga menyebut saya sebagai seorang dukun. Wah kacau pokoknya. Tapi berkat jasa beliau berdua akhirnya saya juga bisa diizinkan menerjemahkan manuskrip salah satu Keraton Cirebon,” tutur pria yang juga tim Pengusung Museum Bandar Cimanuk (MBC) Indramayu itu.
Ketertarikan Tarka terhadap naskah kuno diawali dengan bahasa-bahasa mantra Jawa atau semacam tutur piwulang (ilmu kaweruh). Setelah ia selesai mengalihaksarakan Babad Cirebon Naskah Sindang (1995), ternyata banyak tersirat bahasa-bahasa filsafat yang ia cari. Dari situ, Tarka menganggap pasti pada setiap naskah-naskah kuno itu tercantum tutur tembung kebaikan. “Sejak itu saya menjadi kesengsem dan selalu ingin membaca naskah-naskah Jawa,” ungkapnya.
Dari sekian banyak naskah yang diungkap, Tarka mengaku ada beberapa pengalaman menarik dan naskah yang unik. Di antaranya manuskrip kulit menjangan dan lontar Indramayu, naskah Pakem Bratayuda milik almarhum Ki Dalang Gondawinata Lemah Abang Indramayu, Naskah Yusuf milik KH Abdullah, Sejarah Cirebon Naskah Keraton Kacirebonan, dan Babad Cirebon Carub Kandha Naskah Tangkil.
“Naskah-naskah itu sungguh manja, tidak bisa disapa sekali lewat. Saya pun harus berhari-hari bahkan berminggu-minggu untuk menelateninya. Kemudian untuk Sejarah Cirebon Naskah Keraton Kacirebonan, dan Babad Cirebon Carub Kandha Naskah Tangkil itu seolah membuat saya bertambah sadar betapa pentingnya penyelamatan warisan budaya,” terang pria yang aktif menjelajah titik-titik naskah kuna yang tersebar di masyarakat khususnya di Indramayu.
Tarka mengaku bersyukur bisa ikut partisipasi pengusung MBC Indramayu, setelah berjuang beberapa tahun bersama Nang Sadewo Indramayu Historia Foundation, akhirnya Bupati Indramayu memberikan gedung untuk MBC. Rencana ke depan, Tarka akan menyimpan beberapa naskah dan pusaka di sana. Banyak teman-teman dan sesepuh yang mendukung adanya MBC bahkan sebagian telah menitipkan beberapa pusaka atau naskah kepada Tarka untuk disimpan di MBC.
Tak lupa, Tarka juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman di Cirebon yang sudah mendukung secara moral atas apa yang selama ini telah ia lakukan. Melalui Pusat Konservasi Naskah Klasik Cirebon atau Rumah Budaya Nusantara Pesambangan Jati Cirebon itu, akhirnya Tarka juga bisa menikmati dan membaca naskah-naskah Jawa Tengahan bahkan sampai Madura (2 naskah kuno tahun 1749).
“Saya berharap generasi muda mau mempelajari naskah, aksara carakan pakem baru adalah merupakan pondasi untuk memasuki gerbang naskah kuno yang penuh dengan keunikan,” pungkas anggota Lembaga Bahasa Lan Sastra Dermayu (LBSD) Indramayu itu.
Penulis : Mike Dwi Setiawati
Sumber : Radar
Post a Comment