MUI Indramayu Cium Gerakan Islam Tersembunyi di Empat Kecamatan
Indramayu - Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Indramayu sudah mencurigai kegiatan
keagamaan yang tertutup di sejumlah kecamatan. Akan tetapi, tak diduga
sebelumnya bahwa aktivitas tertutup itu terkait dengan jaringan Islam
radikal.
Wakil Ketua MUI Kabupaten Indramayu Sufyan Tsauri mengatakan, untuk
saat ini, laporan indikasi yang menjadi perhatian adalah Kecamatan
Haurgeulis, Anjatan, Indramayu, dan Krangkeng. "Krangkeng yang saat ini
jadi sorotan kepolisian karena salah satu pelaku bom Jakarta berasal
dari sana," ucapnya, Minggu (17/1/2016).
Dari sejumlah kecamatan tersebut, dia memaparkan, pihaknya mencurigai
adanya gerakan-gerakan yang tersembunyi. "Sesuai dengan laporan
teman-teman MUI di lapangan, memang ada gerakan-gerakan yang mengarah ke
sana," ucapnya.
Namun, dia mengaku tak menduga kegiatan tersebut mengarah ke jaringan
radikal. "Mereka sering berkumpul secara sembunyi-sembunyi. Tapi, ke
arah radikal belum," katanya.
Dengan terungkapnya ada penangkapan dua warga Indramayu dan seorang
warga yang diduga pelaku teror di kawasan Sarinah Jakarta, dia meminta
kewaspadaan semua pihak. Dia berharap rekan-rekan MUI terus memantau di
wilayah kecamatan masing-masing.
"Kami kira kepolisian pun terus memantau," ujarnya.
Secara fikih, Sufyan memandang ritus keagamaan kelompok-kelompok yang
sering berkumpul secara sembunyi-sembunyi masih dalam koridor. "Karena
banyak mazhab, jadi masih dalam batas wajar," tuturnya.
Dari segi penampilan, kata Sufyan, anggota kelompok mencurigakan
tersebut biasanya berjenggot dan pakaiannya seperti penampilan kelompok
Jemaah Tablig. Yang berbeda, kelompok Jemaah Tablig terbuka dengan
masyarakat, bahkan mengajak kepada kebaikan.
"Jemaah tablig tidak mengarah ke kekerasan. Justru, mereka kerap
mengajak warga yang tidak biasa ke masjid agar salat di masjid,"
tuturnya.
Akan tetapi, Sufyan menyayangkan sikap masyarakat yang salah menilai
kelompok Jemaah Tablig. "Jadi sekarang JT kadang ditolak oleh masyarakat
padahal kami sering bertemu mereka. Mereka hanya ingin menghidupkan
budaya ke masjid saat di zaman Rasul," ujarnya.
Penulis : Asep Budiman
Sumber :PRLM
Post a Comment