Dampak Kebijakan Presiden Jokowi Menaikan Harga BBM
Mendengar kata presiden Joko Widodo akan menaikan harga BBM memang bukanlah sesuatu yang mengejutkan untuk kita, karena sebelum presiden Joko Widodo di lantik menjadi presiden Indonesia isu akan naiknya harga BBM ini sudah menyebar di masyarakat. Belum genap sebulan saja setelah pelantikan presiden dan wakil presiden pada 20 oktober 2014 lalu, isu dari kenaikan BBMpun kian menguat, sehingga menimbulkan berbagai pro dan kontra masyarakat terkait kebijakan tersebut. Namun, dengan demikian kebijakan presiden Joko Widodo untuk menaikan harga BBM mempunyai dampak positif. Dampak positif tersebut dapat dirasakan dalam jangka panjang.
Sebelum kita bicara mengenai dampak dari kebijakan presiden jokowi menaikan harga BBM. Ada baiknya kita melihat sejarah perubahan harga BBM (bahan bakar minyak) di Indonesia terlebih dahulu dari dulu sampai sekarang. Dalam sejarahnya, sejak tahun 1980 hingga sekarang, telah mengalami 19 kali perubahan harga BBM jenis premium,sebagai salah satu bahan bakar yang sering di gunakan, dan 18 kali perubahan harga solar. Perubahan sebanyak itu hanya terjadi 4 kali penurunan harga premium, yaitu ketika era kekuasaan presiden Habibie satu kali dan presiden Susilo Bambang Yuudhoyono (SBY) tiga kali.
Banyak orang yang menanggapi dampak dari kebijakan Presiden Joko Widodo menaikan harga bahan bakar minyak ini dari berbagai sudut pandang yang berbeda ada yang berpikiran positif dan ada pula yang berpikiran negatif. Sebenarnya kita bisa lihat dari dua sudut pandang yang berbeda mengenai dampak dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ini. Kita bisa lihat dari sudut pandang Positif dari kenaikan harga BBM ini dan begitu pula kita bisa lihat dari segi Negatifnya.
Lihat dari sudut pandang yang positif, mengenai dampak dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Dampak positif dari pemerintah menaikan harga bbm yaitu mungkin pemerintah ingin menyelamatkan anggaran APBN. Mungkin anggaran untuk subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) akan di alihkan untuk bidang yang lebih penting seperti untuk membiayayai program produktif. Misalnya proyek insfraktuktur, Pendidikan, kesehatan, hingga pengembangan transportasi massal. Terus juga bisa memunculkan kreatifitas untuk membuat energi alternatif, bisa membuat warga negara yang baik lebih hemat karena Bahan Bakar Mminyak (BBM) mahal, bisa mencegah terjadinya pemakain yang berlebih alias boros, bisa mengurangi efek pemanasan global karena alat kebutuhan sehari-hari yang bisa kita lihat adalah kendaraan bermotor yang menggunakan Bahan Bakar Mminyak (BBM) dan juga bisa menghemat devisa negara. Dan mungkin juga dengan di naikannya Bahan Bakar Minyak (BBM) ini 90% masyarakat indonesia yang meggunakan kendaraan pribadi bisa beralih menggunakan transportasi umum atau yang lebih hemat lagi beralih menggunakan sepeda yang juga bisa mengurangi kemacetan. Begitulah jika kita lihat dari sudut pandang yang positif mengenai dampak kebijakan Presiden Jokowi menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Sebenarnya tidak ada alasan lagi untuk tidak merelokasikan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke subsidi sektor lain yang lebih di butuhkan. Sangat jelas bukti bahwa subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) sangat tidak tepat sasaran. Keuntungan dari subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) hanya dinikmati oleh masyarakat yang berpendapatan menengah ke atas saja kurang lebih 70% masyarakat yang dapat di katakan mampu atau masyarakat menengah ke atas menggunakan BBM bersubsidi ini. Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) ini pula merupakan salah satu faktor utama penyebab defisit ganda yang di alami indonesia, dimana dengan mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), APBN dapat di selamatakan.
Ada positif pasti pula ada negatif, dampak dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dari sudut pandang yang Negatif. Dari dampak positif kenaiakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) lebih banyak dirasakan oleh masyarakat terutama masyarakat kalangan menengah ke bawah. Dampak dari kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) di pastikan akan menambah pengeluaran anggaran rumah tangga. Pengeluaran tersebut akan bertambah untuk sektor trasportasi dan yang pasti biaya untuk membeli bahan pokok pasti akan bertambah, akan mendoronng naiknya tingkat inflasi yang berpengaruh terhadap naiknya harga kebutuhan pokok di masyarakat, akan melemahkan daya beli masyarakat dipasar nasional karena tidak bertambahnya penghasilan mereka kecuali kalangan pegawai negri sipil, terhadap sektor ekonomi makro akan dirasakan dengan meningkatya inflasi, sedangkan dari sisi sosial pengaruh dari kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) akan memberikan dampak kemiskinan yang semakin tinggi. Dan secara politis dengan terjadiya kenaikan BBM akan mengakibatkan semakin tingginya biaya politik yang harus di bayar dan pasti akan semkin maraknya penyelewengan-penyelewengan kekuasaan yang terjadi di negri ini.
Kebijakan kenaikan BBM oleh indonesia adalah hal ironi, dimana indonesia adalah negara penghasil atau memiliki sumber daya alam BBM yang melimpah namun tidak dapat dimanfaatkan untuk rakyat.
Melihat dari dampak positif banyak masyarakat yang sempat kecewa dengan kebijakan tersebut mulai menerima kebijakan presiden untuk menaikan BBM dan presiden pun memastikan bahwa dampak negatif dan kepanikan yang rakyat rasakan hanya bersifat sementara dan rakyat akan ikut merasakan langsung dampak positif dari kebijakan tersebut.
Dan solusinya itu yaitu indonesia seharusnya lebih mandiri dalam mengelola kekayaan negara seperti BBM di indonesia sehingga dapat mengurangi kebocoran subsidi dan mengedepankan konstitusi untuk menunjang kesejahteraan rakyat indonesia bukan mencari celah untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau golongan.
Dan dalam upaya subsidi BBM harus tepat sasaran, dalam penyalurannya seharusnya mendapat kontrol yang ketat dari pemerintah, sehingga tidak menjadi permainan pasar bagi para penyalur.
Sebelum kita bicara mengenai dampak dari kebijakan presiden jokowi menaikan harga BBM. Ada baiknya kita melihat sejarah perubahan harga BBM (bahan bakar minyak) di Indonesia terlebih dahulu dari dulu sampai sekarang. Dalam sejarahnya, sejak tahun 1980 hingga sekarang, telah mengalami 19 kali perubahan harga BBM jenis premium,sebagai salah satu bahan bakar yang sering di gunakan, dan 18 kali perubahan harga solar. Perubahan sebanyak itu hanya terjadi 4 kali penurunan harga premium, yaitu ketika era kekuasaan presiden Habibie satu kali dan presiden Susilo Bambang Yuudhoyono (SBY) tiga kali.
Banyak orang yang menanggapi dampak dari kebijakan Presiden Joko Widodo menaikan harga bahan bakar minyak ini dari berbagai sudut pandang yang berbeda ada yang berpikiran positif dan ada pula yang berpikiran negatif. Sebenarnya kita bisa lihat dari dua sudut pandang yang berbeda mengenai dampak dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ini. Kita bisa lihat dari sudut pandang Positif dari kenaikan harga BBM ini dan begitu pula kita bisa lihat dari segi Negatifnya.
Lihat dari sudut pandang yang positif, mengenai dampak dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Dampak positif dari pemerintah menaikan harga bbm yaitu mungkin pemerintah ingin menyelamatkan anggaran APBN. Mungkin anggaran untuk subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) akan di alihkan untuk bidang yang lebih penting seperti untuk membiayayai program produktif. Misalnya proyek insfraktuktur, Pendidikan, kesehatan, hingga pengembangan transportasi massal. Terus juga bisa memunculkan kreatifitas untuk membuat energi alternatif, bisa membuat warga negara yang baik lebih hemat karena Bahan Bakar Mminyak (BBM) mahal, bisa mencegah terjadinya pemakain yang berlebih alias boros, bisa mengurangi efek pemanasan global karena alat kebutuhan sehari-hari yang bisa kita lihat adalah kendaraan bermotor yang menggunakan Bahan Bakar Mminyak (BBM) dan juga bisa menghemat devisa negara. Dan mungkin juga dengan di naikannya Bahan Bakar Minyak (BBM) ini 90% masyarakat indonesia yang meggunakan kendaraan pribadi bisa beralih menggunakan transportasi umum atau yang lebih hemat lagi beralih menggunakan sepeda yang juga bisa mengurangi kemacetan. Begitulah jika kita lihat dari sudut pandang yang positif mengenai dampak kebijakan Presiden Jokowi menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Sebenarnya tidak ada alasan lagi untuk tidak merelokasikan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke subsidi sektor lain yang lebih di butuhkan. Sangat jelas bukti bahwa subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) sangat tidak tepat sasaran. Keuntungan dari subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) hanya dinikmati oleh masyarakat yang berpendapatan menengah ke atas saja kurang lebih 70% masyarakat yang dapat di katakan mampu atau masyarakat menengah ke atas menggunakan BBM bersubsidi ini. Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) ini pula merupakan salah satu faktor utama penyebab defisit ganda yang di alami indonesia, dimana dengan mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), APBN dapat di selamatakan.
Ada positif pasti pula ada negatif, dampak dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dari sudut pandang yang Negatif. Dari dampak positif kenaiakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) lebih banyak dirasakan oleh masyarakat terutama masyarakat kalangan menengah ke bawah. Dampak dari kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) di pastikan akan menambah pengeluaran anggaran rumah tangga. Pengeluaran tersebut akan bertambah untuk sektor trasportasi dan yang pasti biaya untuk membeli bahan pokok pasti akan bertambah, akan mendoronng naiknya tingkat inflasi yang berpengaruh terhadap naiknya harga kebutuhan pokok di masyarakat, akan melemahkan daya beli masyarakat dipasar nasional karena tidak bertambahnya penghasilan mereka kecuali kalangan pegawai negri sipil, terhadap sektor ekonomi makro akan dirasakan dengan meningkatya inflasi, sedangkan dari sisi sosial pengaruh dari kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) akan memberikan dampak kemiskinan yang semakin tinggi. Dan secara politis dengan terjadiya kenaikan BBM akan mengakibatkan semakin tingginya biaya politik yang harus di bayar dan pasti akan semkin maraknya penyelewengan-penyelewengan kekuasaan yang terjadi di negri ini.
Kebijakan kenaikan BBM oleh indonesia adalah hal ironi, dimana indonesia adalah negara penghasil atau memiliki sumber daya alam BBM yang melimpah namun tidak dapat dimanfaatkan untuk rakyat.
Melihat dari dampak positif banyak masyarakat yang sempat kecewa dengan kebijakan tersebut mulai menerima kebijakan presiden untuk menaikan BBM dan presiden pun memastikan bahwa dampak negatif dan kepanikan yang rakyat rasakan hanya bersifat sementara dan rakyat akan ikut merasakan langsung dampak positif dari kebijakan tersebut.
Dan solusinya itu yaitu indonesia seharusnya lebih mandiri dalam mengelola kekayaan negara seperti BBM di indonesia sehingga dapat mengurangi kebocoran subsidi dan mengedepankan konstitusi untuk menunjang kesejahteraan rakyat indonesia bukan mencari celah untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau golongan.
Dan dalam upaya subsidi BBM harus tepat sasaran, dalam penyalurannya seharusnya mendapat kontrol yang ketat dari pemerintah, sehingga tidak menjadi permainan pasar bagi para penyalur.
Oleh: Diana
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
Post a Comment