Ribuan Hektare Sawah di Indramayu Kekeringan
Indramayu - Lebih dari 3.000 hektare sawah di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, terancam kekeringan. Berbagai upaya penyelamatan dilakukan dinas terkait di Indramayu. Menurut Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Peternakan Indramayu Takmid, lahan tersebut tersebar di dua kecamatan, yaitu Kandanghaur seluas 2.172 hektare dan Losarang seluas 1.636 hektare. "Salah satu penyebabnya, debit air dari Bendung Rentang semakin minim, sehingga air pun tidak mampu lagi mengalir ke dua kecamatan itu," katanya, Rabu, 10 September 2014.
Di dua lokasi tersebut rata-rata umur tanaman padi berkisar 14-45 hari. Penyebab lainnya, Takmid melanjutkan, adalah tanaman padi di dua kecamatan itu berada di luar jaminan air pada musim tanam gadu ini. Tapi, para petani tetap memaksa menanam padi di sawah mereka. Kondisi ini diperparah dengan terlambatnya panen rendeng karena petani harus melakukan penanaman ulang akibat terjangan banjir besar pada awal tahun.
Untuk menyelamatkan tanaman padi yang terancam kekeringan, Takmid mengatakan, Dinas Pertanian telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian dan PJTI II Jatiluhur. Solusinya, air dari Waduk Jatiluhur akan digelontorkan untuk memasok pengairan sawah di dua kecamatan tersebut. Pengamanan air di saluran-saluran dari rembesan dan penyedotan pun akan dilakukan. "Termasuk menutup pintu-pintu air untuk daerah yang tidak lagi membutuhkan air," kata Takmid. Dengan begitu, air yang digelontorkan akan terkonsentrasi pada dua kecamatan itu saja.
Takmid mengatakan pihaknya akan berupaya menertibkan pola tanam untuk mengatasi masalah ini pada masa mendatang. Terutama agar petani bisa menerapkan pola tanam padi-padi-palawija. "Sebenarnya kami sudah berkali-kali melakukan sosialisasi agar mereka mau menanam palawija, tapi para petani lebih tertarik menanam padi sepanjang tahun," ujarnya.
Seorang petani asal Desa Ilir, Kecamatan Kandanghaur, Ruslan, berharap air bisa segera digelontorkan ke sawah miliknya yang terancam kekeringan. "Modal yang saya keluarkan tidak sedikit untuk bisa menaman lagi di musim tanam gadu ini," ujarnya. Selain itu, pada musim hujan lalu sawah miliknya terkena banjir, sehingga dia harus menanam ulang. Karena itu, dia berharap panen gadu ini berhasil dan bisa mengganti kerugian pada musim rendeng lalu. (tempo)
Di dua lokasi tersebut rata-rata umur tanaman padi berkisar 14-45 hari. Penyebab lainnya, Takmid melanjutkan, adalah tanaman padi di dua kecamatan itu berada di luar jaminan air pada musim tanam gadu ini. Tapi, para petani tetap memaksa menanam padi di sawah mereka. Kondisi ini diperparah dengan terlambatnya panen rendeng karena petani harus melakukan penanaman ulang akibat terjangan banjir besar pada awal tahun.
Untuk menyelamatkan tanaman padi yang terancam kekeringan, Takmid mengatakan, Dinas Pertanian telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian dan PJTI II Jatiluhur. Solusinya, air dari Waduk Jatiluhur akan digelontorkan untuk memasok pengairan sawah di dua kecamatan tersebut. Pengamanan air di saluran-saluran dari rembesan dan penyedotan pun akan dilakukan. "Termasuk menutup pintu-pintu air untuk daerah yang tidak lagi membutuhkan air," kata Takmid. Dengan begitu, air yang digelontorkan akan terkonsentrasi pada dua kecamatan itu saja.
Takmid mengatakan pihaknya akan berupaya menertibkan pola tanam untuk mengatasi masalah ini pada masa mendatang. Terutama agar petani bisa menerapkan pola tanam padi-padi-palawija. "Sebenarnya kami sudah berkali-kali melakukan sosialisasi agar mereka mau menanam palawija, tapi para petani lebih tertarik menanam padi sepanjang tahun," ujarnya.
Seorang petani asal Desa Ilir, Kecamatan Kandanghaur, Ruslan, berharap air bisa segera digelontorkan ke sawah miliknya yang terancam kekeringan. "Modal yang saya keluarkan tidak sedikit untuk bisa menaman lagi di musim tanam gadu ini," ujarnya. Selain itu, pada musim hujan lalu sawah miliknya terkena banjir, sehingga dia harus menanam ulang. Karena itu, dia berharap panen gadu ini berhasil dan bisa mengganti kerugian pada musim rendeng lalu. (tempo)
Post a Comment