Menara Mercusuar Berusia 150 Tahun di Pulau Biawak
Indramayu - Satu bangunan yang paling menonjol waktu mengunjungi Pulau Biawak, Indrawayu, Jawa Barat, pada 5-7 Septembr 2014, adalah mercusuar. Dari jarak satu kilometer, di laut lepas menjelang darmaga pulau, bangunan dari baja itu sudah terlihat bentuknya. Berdiri menjulang setinggi kurang lebih 75 meter, seolah menjadi ikon bagi pulau yang dihuni kawanan biawak --binatang repteil sejeni kadal-- itu.
Ketika kapal bersandar, bentuk bangunan berkerucut yang dibangun pemerintahan kolonial Belanda sekitar 150 tahun lalu itu semakin jelas. Silinder dari baja berwarna putih membumbung tinggi. Di kakinya, rangka-rangka baja melindung dan menahan bangunan itu.
Menara mercusuar itu tak berdiri sendiri. Ada bangunan yang menjadi mess Kementerian Perhubungan yang menemani menara itu. Mess itu terdiri dari lima rumah dan satu ruangan penyimpan genset listrik. Tepat di ujung kanan kawasan mess itu, tinggallah Subur Sudirman, teknisi mercu suar.
Pria 56 tahun ini mulai menjejakan kaki di Pulau Biawak pada 1993. Setelah menetap selama beberapa bulan, dia meninggalkan tempat itu kemudian kembali lagi untuk yang keempat kalinya. "Sekarang sudah enak, tidak perlu naik ke atas untuk menyalakan lampu," kata dia yang ditemui Kamis, 5 September 2014 dalam acara Pertamina Peduli Ekosistem Laut di Pulau Biawak.
Pada tahun-tahun awal ditugaskan di sana, Subur harus naik ke atas menara untuk menyalakan lampu mercusuar. Kini pekerjaan itu tidak perlu dilakukan karena lampu di mercusuar menggunakan panel surya. "Lampu menyala otomatis saat gelap," kata Subur. "Paling seminggu sekali saya naik untuk bersih-bersih."
Di usianya yang lebih dari separuh abad, naik ke menara setinggi 55 meter itu cukup menguras tenaga.
Mercusuar di Pulau Biawak itu dibangun pada 1872. Ini diketahui karena angka itu terpampang di pintu mercu. "Belum pernah dipugar, hanya dicat sesekali saja," kata Subur. Karena itu tidak heran jika cat yang menempel di dinding sebagian besar sudah mengelupas. Karat pun sudah menggerogoti tangga yang terbuat dari besi.
Di dalam mercu, saat menegadahkan kepala, terlihat untaian anak tangga melingkar spiral. Indah untuk asimetris bangunan. Semakin tinggi anak tangga yang didaki, diameter menara pun semakin menyusut. (tempo)
Ketika kapal bersandar, bentuk bangunan berkerucut yang dibangun pemerintahan kolonial Belanda sekitar 150 tahun lalu itu semakin jelas. Silinder dari baja berwarna putih membumbung tinggi. Di kakinya, rangka-rangka baja melindung dan menahan bangunan itu.
Menara mercusuar itu tak berdiri sendiri. Ada bangunan yang menjadi mess Kementerian Perhubungan yang menemani menara itu. Mess itu terdiri dari lima rumah dan satu ruangan penyimpan genset listrik. Tepat di ujung kanan kawasan mess itu, tinggallah Subur Sudirman, teknisi mercu suar.
Pria 56 tahun ini mulai menjejakan kaki di Pulau Biawak pada 1993. Setelah menetap selama beberapa bulan, dia meninggalkan tempat itu kemudian kembali lagi untuk yang keempat kalinya. "Sekarang sudah enak, tidak perlu naik ke atas untuk menyalakan lampu," kata dia yang ditemui Kamis, 5 September 2014 dalam acara Pertamina Peduli Ekosistem Laut di Pulau Biawak.
Pada tahun-tahun awal ditugaskan di sana, Subur harus naik ke atas menara untuk menyalakan lampu mercusuar. Kini pekerjaan itu tidak perlu dilakukan karena lampu di mercusuar menggunakan panel surya. "Lampu menyala otomatis saat gelap," kata Subur. "Paling seminggu sekali saya naik untuk bersih-bersih."
Di usianya yang lebih dari separuh abad, naik ke menara setinggi 55 meter itu cukup menguras tenaga.
Mercusuar di Pulau Biawak itu dibangun pada 1872. Ini diketahui karena angka itu terpampang di pintu mercu. "Belum pernah dipugar, hanya dicat sesekali saja," kata Subur. Karena itu tidak heran jika cat yang menempel di dinding sebagian besar sudah mengelupas. Karat pun sudah menggerogoti tangga yang terbuat dari besi.
Di dalam mercu, saat menegadahkan kepala, terlihat untaian anak tangga melingkar spiral. Indah untuk asimetris bangunan. Semakin tinggi anak tangga yang didaki, diameter menara pun semakin menyusut. (tempo)
Post a Comment