Polytama Indramayu Siap Berproduksi Kembali
Indramayu - Setelah mati suri sejak Agustus 2010, PT Polytama Propindo (Polytama) kembali beroperasi sejak Febuari 2013. Pabrik Polipropilena terbesar kedua di Indonesia yang berlokasi di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, ini memiliki kapasitas terpasang hingga 240 ribu metrik ton (MT) per tahun.
Didik Susilo Direktur Utama PT Polytama Propindo mengatakan, perusahaan mengalami berbagai tantangan hingga berevolusi. Tekanan krisis tahun 2008, diperburuk fluktuasi tajam harga minyak mentah dunia, menyebabkan perusahaan di periode tahun 2009/2010 mengalami kerugian hingga US$ 20-21 juta. Selama 2 tahun Polytama menghentikan produksi dan tidak bisa beroperasi sama sekali, karena Polytama sedang mengalami masa sulit. “Tapi, kami tidak mau berlarut-larut dengan dukungan vendor dan kreditur yang masih mau bersabar, kami pun mulai bangkit dan beroperasi kembali pada Februari 2013,” ujar Didik di sela-sela acara Perayaan Ulang Tahun Polytama ke 18 tahun di Pabrik Balongan yang dihadiri para mitra utama seperti Pertamina, Bank Mandiri, PPA, Tuban Petro, Bukit Mega Masabadi dan vendor lainnya.
Di tahap awal beroperasinya Polytama sementara ini dimulai dengan kerjasama maklon dengan PT Bukitmega Masabadi. Meski kami 2 tahun tidak berproduksi, tapi dengan dukungan tenaga kerja yang handal Polytama tetap mampu melakukan perawatan fasilitas pabrik yang ada. “Kami bisa menjalankan kerjasama dengan Bukitmega Masabadi dengan lancar. Dengan kapasitas produksi sekitar 240 MT/tahun, kami targetkan bisa mengisi pangsa pasar sekitar 20%" tutur Didik.
Sementara itu, Didik menambahkan, sejak beroperasi kembali Polytama terus melakukan berbagai langkah efisiensi dan berbagai inovasi antara lain terobosan mengganti sumber energi yang merupakan komponen biaya produksi terbesar sehingga dapat menekan biaya hingga 50% dari semula berkisar +/- Rp 12 miliar/bulan. Polytama saat ini juga tengah menyelesaikan inovasi teknologi penghematan energi untuk boiler dengan target realisasi Oktober 2013.
"Kami menargetkan, dengan inovasi dan upaya-upaya pengembangan yang dilakukan perusahaan, di akhir tahun 2013, Polytama sudah mampu beroperasi normal (tidak bergantung skema tolling). Sementara itu, kami dalam persiapan menambah unit extruder baru untuk memaksimalkan kapasitas produksi. Untuk itu dibutuhkan dana sekitar US$ 8 juta," kata Didik.
Saat ini, kebutuhan polipropilena Nasional mencapai 1 juta MT per tahunnya. Sedangkan, kapasitas pasokan lokal maksimal 800 ribu MT per tahun yang dipasok tiga produsen yaitu Chandra Asri, Polytama Propindo dan Pertamina. Artinya, sisa kebutuhan harus diimpor. “Dengan beroperasinya Polytama secara penuh, impor bisa ditekan setara kapasitasnya, dengan perkiraan nilai mencapai US$ 300-400 juta. Karena itu, kami menyambut positif beroperasinya Polytama ini. Yang memang sudah ditunggu-tunggu sejak lama," kata Wakil Ketua Umum Inaplas Suhat Miyarso.
Boyke Mukijat Direktur Utama PPA menambahkan, pihaknya berkomitmen mendukung Polytama dalam mengembangkan kinerja dan menjaga produksi dengan kapasitas tersedia. Ia berharap, Polytama tidak hanya eksis sebagai perusahaan, tapi berperan mendukung upaya menekan ketergantungan negara atas impor. Sebab, sekitar 40% kebutuhan petrokimia kita masih impor. Padahal, untuk membangun industri suatu negara, dua sektor vital harus dimiliki. Yakni, industri besi baja dan petrokimia. Polytama akan menghadapi tantangan yang tidak mudah. Mulai dari harus menyelesaikan sejumlah kewajiban, termasuk ke Pertamina dan Bank Mandiri. Hingga, masalah pasokan bahan baku dan keterbatasan modal kerja. “Kami mengajak Pertamina dan Bank Mandiri, serta pihak lainnya, untuk mendukung dan menjaga kesinambungan operasi Polytama secara bersama," kata Boyke.
Didik mengakui, keterjaminan pasokan bahan baku propilena menjadi kunci keberlangsungan perusahaan. Selain, upaya restrukturisasi keuangan dan penyediaan dana-dana segar. "Saat ini juga tengah berlangsung pembahasan opsi akuisisi Polytama oleh Pertamina. Opsi akuisisi ini bisa menjadi sinergi positif untuk jaminan pasokan bahan baku. Soal bagaimana mekanisme akuisisinya, masih dalam proses pembahasan oleh PPA," kata Didik.
Agus Sudiarto, SVP Bank Mandiri yang juga hadir di acara tersebut menjelaskan bahwa Bank Mandiri menyambut positif kembali beroperasinya Polytama dengan menyiapkan program restrukturisasi hutang Polytama di Bank Mandiri yang telah mencapai USD 100 juta. (Trbn)
Didik Susilo Direktur Utama PT Polytama Propindo mengatakan, perusahaan mengalami berbagai tantangan hingga berevolusi. Tekanan krisis tahun 2008, diperburuk fluktuasi tajam harga minyak mentah dunia, menyebabkan perusahaan di periode tahun 2009/2010 mengalami kerugian hingga US$ 20-21 juta. Selama 2 tahun Polytama menghentikan produksi dan tidak bisa beroperasi sama sekali, karena Polytama sedang mengalami masa sulit. “Tapi, kami tidak mau berlarut-larut dengan dukungan vendor dan kreditur yang masih mau bersabar, kami pun mulai bangkit dan beroperasi kembali pada Februari 2013,” ujar Didik di sela-sela acara Perayaan Ulang Tahun Polytama ke 18 tahun di Pabrik Balongan yang dihadiri para mitra utama seperti Pertamina, Bank Mandiri, PPA, Tuban Petro, Bukit Mega Masabadi dan vendor lainnya.
Di tahap awal beroperasinya Polytama sementara ini dimulai dengan kerjasama maklon dengan PT Bukitmega Masabadi. Meski kami 2 tahun tidak berproduksi, tapi dengan dukungan tenaga kerja yang handal Polytama tetap mampu melakukan perawatan fasilitas pabrik yang ada. “Kami bisa menjalankan kerjasama dengan Bukitmega Masabadi dengan lancar. Dengan kapasitas produksi sekitar 240 MT/tahun, kami targetkan bisa mengisi pangsa pasar sekitar 20%" tutur Didik.
Sementara itu, Didik menambahkan, sejak beroperasi kembali Polytama terus melakukan berbagai langkah efisiensi dan berbagai inovasi antara lain terobosan mengganti sumber energi yang merupakan komponen biaya produksi terbesar sehingga dapat menekan biaya hingga 50% dari semula berkisar +/- Rp 12 miliar/bulan. Polytama saat ini juga tengah menyelesaikan inovasi teknologi penghematan energi untuk boiler dengan target realisasi Oktober 2013.
"Kami menargetkan, dengan inovasi dan upaya-upaya pengembangan yang dilakukan perusahaan, di akhir tahun 2013, Polytama sudah mampu beroperasi normal (tidak bergantung skema tolling). Sementara itu, kami dalam persiapan menambah unit extruder baru untuk memaksimalkan kapasitas produksi. Untuk itu dibutuhkan dana sekitar US$ 8 juta," kata Didik.
Saat ini, kebutuhan polipropilena Nasional mencapai 1 juta MT per tahunnya. Sedangkan, kapasitas pasokan lokal maksimal 800 ribu MT per tahun yang dipasok tiga produsen yaitu Chandra Asri, Polytama Propindo dan Pertamina. Artinya, sisa kebutuhan harus diimpor. “Dengan beroperasinya Polytama secara penuh, impor bisa ditekan setara kapasitasnya, dengan perkiraan nilai mencapai US$ 300-400 juta. Karena itu, kami menyambut positif beroperasinya Polytama ini. Yang memang sudah ditunggu-tunggu sejak lama," kata Wakil Ketua Umum Inaplas Suhat Miyarso.
Boyke Mukijat Direktur Utama PPA menambahkan, pihaknya berkomitmen mendukung Polytama dalam mengembangkan kinerja dan menjaga produksi dengan kapasitas tersedia. Ia berharap, Polytama tidak hanya eksis sebagai perusahaan, tapi berperan mendukung upaya menekan ketergantungan negara atas impor. Sebab, sekitar 40% kebutuhan petrokimia kita masih impor. Padahal, untuk membangun industri suatu negara, dua sektor vital harus dimiliki. Yakni, industri besi baja dan petrokimia. Polytama akan menghadapi tantangan yang tidak mudah. Mulai dari harus menyelesaikan sejumlah kewajiban, termasuk ke Pertamina dan Bank Mandiri. Hingga, masalah pasokan bahan baku dan keterbatasan modal kerja. “Kami mengajak Pertamina dan Bank Mandiri, serta pihak lainnya, untuk mendukung dan menjaga kesinambungan operasi Polytama secara bersama," kata Boyke.
Didik mengakui, keterjaminan pasokan bahan baku propilena menjadi kunci keberlangsungan perusahaan. Selain, upaya restrukturisasi keuangan dan penyediaan dana-dana segar. "Saat ini juga tengah berlangsung pembahasan opsi akuisisi Polytama oleh Pertamina. Opsi akuisisi ini bisa menjadi sinergi positif untuk jaminan pasokan bahan baku. Soal bagaimana mekanisme akuisisinya, masih dalam proses pembahasan oleh PPA," kata Didik.
Agus Sudiarto, SVP Bank Mandiri yang juga hadir di acara tersebut menjelaskan bahwa Bank Mandiri menyambut positif kembali beroperasinya Polytama dengan menyiapkan program restrukturisasi hutang Polytama di Bank Mandiri yang telah mencapai USD 100 juta. (Trbn)
Post a Comment