Dewan Siap Fasilitasi Sengketa Lahan SDN Juntikedokan III
Indramayu - Kasus sengketa lahan yang berbuntut pengrusakan terhadap bangunan SDN
Juntikedokan III, Kecamatan Juntinyuat, mengundang keprihatinan kalangan
dewan. Dewan pun siap memfasilitasi penyelesaian masalah tersebut.
"Dewan siap memfasilitasi sengketa lahan itu agar tidak berlarut-larut. Masalah ini harus segera dituntaskan," kada Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPRD Kabupaten Indramayu, Dalam, Rabu (28/8).
Dalam mengungkapkan, masalah tersebut hendaknya jangan sampai mengorbankan kegiatan belajar mengajar para siswa. Apalagi, aksi tersebut telah terjadi berulang kali.
Hal senada diungkapkan Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hadi Hartono. Dia menilai, masalah sengketa lahan sekolah yang tidak berujung, sangat merugikan para siswa dan mengganggu proses belajar mengajar. "Sengketa lahan harus segera diselesaikan," kata Hadi.
Hadi pun meminta agar Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu segera turun tangan. Hal itu dilakukan untuk memberikan kenyamanan bagi siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Hadi pun berharap agar status tanah tersebut diperjelas. Dengan demikian, tindakan pengrusakan di sekolah tersebut tidak terulang lagi.
"Aparat kepolisian harus mengusut pelaku pengrusakan sekolah karena ini merupakan preseden buruk bagi dunia pendidikan," kata Hadi menegaskan.
Seperti diberitakan, ratusan siswa dari empat kelas di SDN Juntikedokan III Desa Juntikedokan, Kecamatan/ Kabupaten Indramayu, terpaksa belajar di halaman sekolah, Selasa (27/8). Hal itu terjadi akibat ruang kelas mereka dirusak oknum warga.
Para siswa itu merupakan siswa kelas III, IV, V, dan VI. Mereka belajar di halaman sekolah tanpa tenda. Padahal, cuaca di puncak musim kemarau saat ini sangat panas dan anginnya cukup kencang. Selain itu, mereka pun belajar tanpa alas dan langsung duduk di atas permukaan tanah yang kering dan berdebu.
Para siswa juga menulis di atas tumpuan kaki mereka tanpa meja. Akibatnya, mereka harus belajar dengan badan membungkuk.
Hal yang dialami para siswa dan guru di sekolah itu terjadi setelah kelas mereka dirusak oleh dua oknum warga setempat, yang berinisial Sar (50) dan Tar (53). Kedua oknum warga yang merupakan kakak beradik itu memecahkan kaca jendela sekolah tersebut, Senin (26/8) sekitar pukul 16.00 WIB.
Akibat perbuatan mereka, sebanyak 39 buah kaca jendela yang ada di ruang kelas III, IV, V, VI, serta ruang guru dan TU, pecah berantakan. Pecahan kaca itupun berserakan di lantai, termasuk di dalam ruang kelas. (PRLM/ Foto : Eka Raharja)
"Dewan siap memfasilitasi sengketa lahan itu agar tidak berlarut-larut. Masalah ini harus segera dituntaskan," kada Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPRD Kabupaten Indramayu, Dalam, Rabu (28/8).
Dalam mengungkapkan, masalah tersebut hendaknya jangan sampai mengorbankan kegiatan belajar mengajar para siswa. Apalagi, aksi tersebut telah terjadi berulang kali.
Hal senada diungkapkan Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hadi Hartono. Dia menilai, masalah sengketa lahan sekolah yang tidak berujung, sangat merugikan para siswa dan mengganggu proses belajar mengajar. "Sengketa lahan harus segera diselesaikan," kata Hadi.
Hadi pun meminta agar Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu segera turun tangan. Hal itu dilakukan untuk memberikan kenyamanan bagi siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Hadi pun berharap agar status tanah tersebut diperjelas. Dengan demikian, tindakan pengrusakan di sekolah tersebut tidak terulang lagi.
"Aparat kepolisian harus mengusut pelaku pengrusakan sekolah karena ini merupakan preseden buruk bagi dunia pendidikan," kata Hadi menegaskan.
Seperti diberitakan, ratusan siswa dari empat kelas di SDN Juntikedokan III Desa Juntikedokan, Kecamatan/ Kabupaten Indramayu, terpaksa belajar di halaman sekolah, Selasa (27/8). Hal itu terjadi akibat ruang kelas mereka dirusak oknum warga.
Para siswa itu merupakan siswa kelas III, IV, V, dan VI. Mereka belajar di halaman sekolah tanpa tenda. Padahal, cuaca di puncak musim kemarau saat ini sangat panas dan anginnya cukup kencang. Selain itu, mereka pun belajar tanpa alas dan langsung duduk di atas permukaan tanah yang kering dan berdebu.
Para siswa juga menulis di atas tumpuan kaki mereka tanpa meja. Akibatnya, mereka harus belajar dengan badan membungkuk.
Hal yang dialami para siswa dan guru di sekolah itu terjadi setelah kelas mereka dirusak oleh dua oknum warga setempat, yang berinisial Sar (50) dan Tar (53). Kedua oknum warga yang merupakan kakak beradik itu memecahkan kaca jendela sekolah tersebut, Senin (26/8) sekitar pukul 16.00 WIB.
Akibat perbuatan mereka, sebanyak 39 buah kaca jendela yang ada di ruang kelas III, IV, V, VI, serta ruang guru dan TU, pecah berantakan. Pecahan kaca itupun berserakan di lantai, termasuk di dalam ruang kelas. (PRLM/ Foto : Eka Raharja)
Post a Comment