Akibat Wereng, Petani Indramayu Lakukan Panen Dini
Indramayu - Menjelang masa panen, areal tanaman padi di sejumlah kecamatan di
Kabupaten Indramayu terserang hama wereng. Akibatnya, tanaman padi
terancam puso (gagal panen). Untuk menghindari kerugian yang besar,
petani pun terpaksa melakukan panen dini.
Informasi dari Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, serangan hama wereng di antaranya menyerang areal tanaman padi di Kecamatan Sliyeg, Balongan, Jatibarang, Widasari, dan Kedokanbunder. Adapun luas areal tanaman padi yang terserang sekitar 100 hektare.
Berdasarkan pantauan di Desa/ Kecamatan Sliyeg, hama wereng menyerang batang tanaman padi yang sedang dalam masa berbulir. Akibatnya, batang menjadi kering dan mati. Gabah yang seharusnya berisi bulir padi pun akhirnya menjadi gabug (bulir gabah kosong).
"Wereng menyerang tanaman padi yang sudah mau panen," ujar seorang petani di Desa/ Kecamatan Sliyeg, Masngud, Kamis (15/8).
Untuk menghindari kerugian, Masngud mengaku terpaksa melakukan panen dini. Dalam kondisi normal, umur tanaman padi jenis Ciherang yang ditanamnya bisa dipanen sekitar 90 hari. Namun, dia sekarang telah memanen tanaman padinya yang masih berumur sekitar 75 hari.
"Kalau nunggu sampai umur 90 hari, nanti malah tidak bisa dipanen sama sekali karena wereng menyebar dengan cepat," tutur Masngud.
Masngud menjelaskan, serangan hama wereng menyebabkan kualitas dan kuantitas gabah yang dipanen menjadi berkurang. Bahkan, dia dan petani lain di desanya terpaksa mengayak (memilah) gabah yang dipanen untuk memisahkan antara gabah yang gabug dengan gabah yang masih berisi bulir beras.
"Wereng menyerang tanaman padi secara spot-spot," kata Masngud menerangkan.
Dalam kondisi normal, kata Masngud, jumlah gabah yang dipanen bisa mencapai tujuh ton per hektare. Namun akibat banyaknya gabah yang gabug, hasil panen menurun hingga menjadi empat ton per hektare.
Kondisi serupa juga dialami petani lainnya, Rasmad. Dia mengatakan, dari satu hektare luas areal tanaman padi miliknya, yang terserang wereng mencapai setengah hektare.
Menurut Rasmad, selain hasilnya lebih sedikit, kualitas gabah yang terserang wereng juga menjadi lebih rendah. Jika digiling, maka gabah nantinya akan menghasilkan beras yang pecah (menir). Akibatnya, gabah dihargai lebih murah dibandingkan harga yang berlaku di pasaran saat ini.
Rasmad menyebutkan, jika dalam kondisi bagus, maka harga gabah kering panen (GKP) saat ini berkisar antara Rp 4.200 – Rp 4.300 per kg. Namun, karena kualitas gabah rendah, harganya dibawah Rp 4.000 per kg. "Keuntungan jadi berkurang," kata Rasmad.
Informasi dari Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, serangan hama wereng di antaranya menyerang areal tanaman padi di Kecamatan Sliyeg, Balongan, Jatibarang, Widasari, dan Kedokanbunder. Adapun luas areal tanaman padi yang terserang sekitar 100 hektare.
Berdasarkan pantauan di Desa/ Kecamatan Sliyeg, hama wereng menyerang batang tanaman padi yang sedang dalam masa berbulir. Akibatnya, batang menjadi kering dan mati. Gabah yang seharusnya berisi bulir padi pun akhirnya menjadi gabug (bulir gabah kosong).
"Wereng menyerang tanaman padi yang sudah mau panen," ujar seorang petani di Desa/ Kecamatan Sliyeg, Masngud, Kamis (15/8).
Untuk menghindari kerugian, Masngud mengaku terpaksa melakukan panen dini. Dalam kondisi normal, umur tanaman padi jenis Ciherang yang ditanamnya bisa dipanen sekitar 90 hari. Namun, dia sekarang telah memanen tanaman padinya yang masih berumur sekitar 75 hari.
"Kalau nunggu sampai umur 90 hari, nanti malah tidak bisa dipanen sama sekali karena wereng menyebar dengan cepat," tutur Masngud.
Masngud menjelaskan, serangan hama wereng menyebabkan kualitas dan kuantitas gabah yang dipanen menjadi berkurang. Bahkan, dia dan petani lain di desanya terpaksa mengayak (memilah) gabah yang dipanen untuk memisahkan antara gabah yang gabug dengan gabah yang masih berisi bulir beras.
"Wereng menyerang tanaman padi secara spot-spot," kata Masngud menerangkan.
Dalam kondisi normal, kata Masngud, jumlah gabah yang dipanen bisa mencapai tujuh ton per hektare. Namun akibat banyaknya gabah yang gabug, hasil panen menurun hingga menjadi empat ton per hektare.
Kondisi serupa juga dialami petani lainnya, Rasmad. Dia mengatakan, dari satu hektare luas areal tanaman padi miliknya, yang terserang wereng mencapai setengah hektare.
Menurut Rasmad, selain hasilnya lebih sedikit, kualitas gabah yang terserang wereng juga menjadi lebih rendah. Jika digiling, maka gabah nantinya akan menghasilkan beras yang pecah (menir). Akibatnya, gabah dihargai lebih murah dibandingkan harga yang berlaku di pasaran saat ini.
Rasmad menyebutkan, jika dalam kondisi bagus, maka harga gabah kering panen (GKP) saat ini berkisar antara Rp 4.200 – Rp 4.300 per kg. Namun, karena kualitas gabah rendah, harganya dibawah Rp 4.000 per kg. "Keuntungan jadi berkurang," kata Rasmad.
Post a Comment