Jelang Tahun Ajaran Baru, Transaksi Pegadaian Meningkat
Indramayu - Jelang tahun ajaran baru, sebagian masyarakat terpaksa harus
menggadaikan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan biaya sekolah
anak-anak mereka. Hal itupun membuat transaksi di Kantor Pegadaian
meningkat.
"Setiap menjelang tahun ajaran baru, transaksi gadai memang meningkat," kata Pimpinan Kantor Pegadaian Cabang Indramayu, Nuraini, saat ditemui Republika, di ruang kerjanya, Senin (1/7).
Nuraini menjelaskan, saat ini jumlah transaksi gadai meningkat sekitar tujuh persen dari kondisi normal. Dalam kondisi normal, jumlah transaksi rata-rata mencapai 2.400 transaksi per bulan. Namun pada akhir bulan lalu, jumlah tersebut meningkat menjadi sekitar 2.500 transaksi.
Nuraini mengatakan, 95 persen dari barang-barang yang digadaikan warga adalah perhiasan emas. Sisanya berupa barang-barang elektronik maupun kendaraan bermotor.
"Selain tahun ajaran baru, peningkatan transaksi gadai juga dipengaruhi persiapan jelang bulan puasa," kata Nuraini.
Menurut Nuraini, meski jumlah transaksi meningkat, namun nilai transaksinya menurun. Hal itu terjadi seiring dengan menurunnya harga emas di pasaran, termasuk emas yang digadaikan oleh warga.
Nuraini menyebutkan, nilai transaksi gadai selama ini rata-rata mencapai Rp 7 miliar – Rp 8 miliar per bulan. Namun sejak harga emas turun drastis pada Maret, nilai transaksi gadai jadi hanya sekitar Rp 6,5 miliar per bulan.
Sementara itu, salah satu orang tua warga Desa Singaraja, Kecamatan Indramayu, Syamsudin, menuturkan, masa tahun ajaran baru ini membuat kepalanya pusing. Sebab, dia harus menyiapkan uang cukup banyak untuk keperluan sekolah anak-anaknya.
Syamsudin menerangkan, anak pertamanya saat ini sekolah kelas III SMP dan akan melanjutkan ke SMA. Sedangkan anak keduanya, baru lulus SD dan akan masuk ke SMP. "Jangankan saat masuk ke sekolah yang baru, yang mau keluar sekolah juga harus bayar," kata Syamsudin.
Syamsudin mengatakan, saat anak-anaknya lulus sekolah, dia harus mengeluarkan uang untuk berbagai keperluan. Seperti misalnya uang perpisahan, uang piknik sekolah, maupun membeli kenang-kenangan untuk guru.
Sedangkan untuk melanjutkan pendidikan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi, Syamsudin juga harus menyiapkan uang cukup banyak. Seperti misalnya untuk pembelian baju seragam baru, sepatu, dan buku. "Karena tidak punya uang, saya terpaksa menggadaikan perhiasan emas milik istri saya," tutur Syamsudin.
Namun, Syamsudin juga mengeluh karena nilai gadai emas sekarang turun seiring dengan turunnya harga emas di pasaran. Oleh sebab itu, untuk menutupi semua kebutuhan seolah anak-anaknya, dia mengaku akan meminjam uang kepada saudaranya. (Lilis/ROL)
"Setiap menjelang tahun ajaran baru, transaksi gadai memang meningkat," kata Pimpinan Kantor Pegadaian Cabang Indramayu, Nuraini, saat ditemui Republika, di ruang kerjanya, Senin (1/7).
Nuraini menjelaskan, saat ini jumlah transaksi gadai meningkat sekitar tujuh persen dari kondisi normal. Dalam kondisi normal, jumlah transaksi rata-rata mencapai 2.400 transaksi per bulan. Namun pada akhir bulan lalu, jumlah tersebut meningkat menjadi sekitar 2.500 transaksi.
Nuraini mengatakan, 95 persen dari barang-barang yang digadaikan warga adalah perhiasan emas. Sisanya berupa barang-barang elektronik maupun kendaraan bermotor.
"Selain tahun ajaran baru, peningkatan transaksi gadai juga dipengaruhi persiapan jelang bulan puasa," kata Nuraini.
Menurut Nuraini, meski jumlah transaksi meningkat, namun nilai transaksinya menurun. Hal itu terjadi seiring dengan menurunnya harga emas di pasaran, termasuk emas yang digadaikan oleh warga.
Nuraini menyebutkan, nilai transaksi gadai selama ini rata-rata mencapai Rp 7 miliar – Rp 8 miliar per bulan. Namun sejak harga emas turun drastis pada Maret, nilai transaksi gadai jadi hanya sekitar Rp 6,5 miliar per bulan.
Sementara itu, salah satu orang tua warga Desa Singaraja, Kecamatan Indramayu, Syamsudin, menuturkan, masa tahun ajaran baru ini membuat kepalanya pusing. Sebab, dia harus menyiapkan uang cukup banyak untuk keperluan sekolah anak-anaknya.
Syamsudin menerangkan, anak pertamanya saat ini sekolah kelas III SMP dan akan melanjutkan ke SMA. Sedangkan anak keduanya, baru lulus SD dan akan masuk ke SMP. "Jangankan saat masuk ke sekolah yang baru, yang mau keluar sekolah juga harus bayar," kata Syamsudin.
Syamsudin mengatakan, saat anak-anaknya lulus sekolah, dia harus mengeluarkan uang untuk berbagai keperluan. Seperti misalnya uang perpisahan, uang piknik sekolah, maupun membeli kenang-kenangan untuk guru.
Sedangkan untuk melanjutkan pendidikan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi, Syamsudin juga harus menyiapkan uang cukup banyak. Seperti misalnya untuk pembelian baju seragam baru, sepatu, dan buku. "Karena tidak punya uang, saya terpaksa menggadaikan perhiasan emas milik istri saya," tutur Syamsudin.
Namun, Syamsudin juga mengeluh karena nilai gadai emas sekarang turun seiring dengan turunnya harga emas di pasaran. Oleh sebab itu, untuk menutupi semua kebutuhan seolah anak-anaknya, dia mengaku akan meminjam uang kepada saudaranya. (Lilis/ROL)
Post a Comment