Nelayan dan Petani Tolak Kenaikan Harga BBM
Indramayu - Kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) masih belum ditentukan. Namun, para nelayan dan petani sepakat menolak.
‘’Kami tegas menolak kenaikan harga BBM,’’ kata Ketua Perhimpunan Petani dan Nelayan Sejahtera Indonesia (PPNSI) Kabupaten Indramayu, Didi Mujahiri, Ahad (2/6).
Didi mengatakan, kenaikan harga solar akan membuat pendapatan nelayan menjadi turun. Modal melaut akan menjadi naik, sedangkan nilai jual hasil tangkapan tidak naik.
Hal senada diungkapkan Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jabar, Ono Surono. Dia menyatakan, kenaikan harga BBM terutama jenis solar, sangat memberatkan nelayan. Apalagi, tidak ada jaminan kenaikan harga BBM diikuti kenaikan harga ikan di pasaran. ‘’Nelayan Jabar menolak kenaikan harga BBM,’’ tegas Ono.
Salah seorang juragan kapal, Robani Hendra Permana, menyatakan, kenaikan harga solar paling dirasakan dampaknya oleh nelayan kecil yang memiliki perahu di bawah 5 GT. Padahal, secara kuantitatif, nelayan di sepanjang pesisir pantura Jawa Barat justru paling banyak adalah nelayan di bawah 5 GT.
‘’Jadi kalau pemerintah menaikkan harga solar, bukan tidak mungkin akan menimbulkan gejala sosial baru,’’ tutur Robani.
Seperti halnya nelayan, petani pun menolak kenaikan harga BBM, terutama jenis solar. Kenaikan harga solar akan membuat biaya produksi menjadi naik.
Wakil Ketua KTNA Kabupaten Indramayu, Sutatang, menyatakan, para petani membutuhkan solar untuk menjalankan traktor. Selain itu, solar juga dibutuhkan untuk menjalankan mesin pompa air, terutama saat musim kemarau. ‘’Kasihan nasib petani kalau harga solar naik,’’ jelas Sutatang. (Lilis/ROL)
‘’Kami tegas menolak kenaikan harga BBM,’’ kata Ketua Perhimpunan Petani dan Nelayan Sejahtera Indonesia (PPNSI) Kabupaten Indramayu, Didi Mujahiri, Ahad (2/6).
Didi mengatakan, kenaikan harga solar akan membuat pendapatan nelayan menjadi turun. Modal melaut akan menjadi naik, sedangkan nilai jual hasil tangkapan tidak naik.
Hal senada diungkapkan Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jabar, Ono Surono. Dia menyatakan, kenaikan harga BBM terutama jenis solar, sangat memberatkan nelayan. Apalagi, tidak ada jaminan kenaikan harga BBM diikuti kenaikan harga ikan di pasaran. ‘’Nelayan Jabar menolak kenaikan harga BBM,’’ tegas Ono.
Salah seorang juragan kapal, Robani Hendra Permana, menyatakan, kenaikan harga solar paling dirasakan dampaknya oleh nelayan kecil yang memiliki perahu di bawah 5 GT. Padahal, secara kuantitatif, nelayan di sepanjang pesisir pantura Jawa Barat justru paling banyak adalah nelayan di bawah 5 GT.
‘’Jadi kalau pemerintah menaikkan harga solar, bukan tidak mungkin akan menimbulkan gejala sosial baru,’’ tutur Robani.
Seperti halnya nelayan, petani pun menolak kenaikan harga BBM, terutama jenis solar. Kenaikan harga solar akan membuat biaya produksi menjadi naik.
Wakil Ketua KTNA Kabupaten Indramayu, Sutatang, menyatakan, para petani membutuhkan solar untuk menjalankan traktor. Selain itu, solar juga dibutuhkan untuk menjalankan mesin pompa air, terutama saat musim kemarau. ‘’Kasihan nasib petani kalau harga solar naik,’’ jelas Sutatang. (Lilis/ROL)
Post a Comment