Solar Langka, Perajin Rajungan Kesulitan Lakukan Ekspor
Indramayu - Para perajin pengolahan daging rajungan di daerah Pantura Kabupaten Cirebon dan Indramayu, Jawa Barat, mengaku sulit untuk memenuhi permintaan pasar ekspor akibat sering terjadi kelangkaan penyediaan BBM jenis solar.
Dudi, salah seorang perajin pengolahan daging rajungan di Desa Waruduwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon , kepada wartawan di Cirebon, Rabu mengatakan, solar langka sebagian nelayan tidak melaut, sehingga pasokan terhambat perajin kesulitan penuhi pesanan pasar ekspor.
Perajin pengolahan daging rajungan masih mengandalkan hasil tangkapan nelayan setempat, kata dia, kini mereka belum melaut karena solar sulit diperoleh, padahal sangat dibutuhkan.
Menurut dia, hasil olahan daging rajungan dipasok untuk memenuhi permintaan ekspor Jepang. Korea, karena daging tersebut sangat diminati.
Permintaan daging rajungan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, kata Dudi, tapi kendalanya hasil tangkapan nelayan Cirebon mempengaruhi produksi daging rajungan tersebut.
Kini, menurut Dudi hasil tangkapan rajungan nelayan Pantura terpuruk akibat mereka tidak melaut, karena pasokan bahan bakar miyak jenis solar bersubsidi berkurang. Padahal masih musim tangkapan rajungan., "Daging rajungan dijual Rp 100 ribu hingga Rp 130 ribu per kilogram, tergantung bahan baku, selain itu limbah kulit rajungan tersebut dimanfaatkan sebagai pakan tambahan ternak,"katanya.
Munarto, perajin olahan rajungan lain di Kabupaten Indramayu mengaku, pasokan rajungan dari nelayan terbatas karena sebagian mereka tidak melaut, padahal permintaan setiap tahun terus meningkat.
Kendala bagi perajin olahan daging rajungan masih mengandalkan hasil tangkapan, kata dia, kini solar langka nelayan berhentin melaut, belum perubahan cuaca pasokan terhambat.
Karni nelayan di Pantura yang khusus mencari rajungan mengaku, tangkapan rajungan bagi nelayan Pantura Cirebon dan Indramayu tergantung cuaca, sehingga sulit diandalkan kini pendaratan rajungan maksimal.
Dikatakan Karni, kini pasokan bahan bakar minyak jenis solar bersubsidi semakin sulit, ribuan nelayan berhenti melaut dampaknya kiriman rajungan terganggu.
Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jawa Barat, Ono Surono, mengaku, berkurangnya pasokan bahan bakar minyak jenis solar bersubsidi ribuan nelayan di Pantura belum melaut, sehingga mereka merugi hingga mencapi Rp 5 milyar.
Dikatakannya, nelayan di daerah Pantura berhenti melaut, pasokan berbagai jenis ikan terganggu, dampaknya bisa memicu kenaikan harga ikan laut tersebut, selain itu para perajin olahan ikan kesulitan bahan baku. (Ant)
Post a Comment