Pelayanan Buruk KBRI Yordania Pada TKI (3-habis)
Terkait pelayanan buruk KBRI Yordania, berikut lanjutan pemaparan
beberapa pengaduan yang masuk melalui SBMI Indramayu. Pada tulisan ini
akan disampaikan kisah Lia Lianti asal Karawang dan Mini asal Subang
terkait pelayanan buruk yang mereka terima di KBRI Yordania.
Kasus Lia Lianti Binti Ili
Lia Lianti binti Ili, TKW asal Karawang-Jabar, yang kini bekerja di
Yordania sudah 5 tahun lebih tidak bisa pulang ke Indonesia. Ketika
mengadukan permasalahannya ke KBRI dan meminta dipulangkan ke tanah air,
Ia tidak ditanggapi. Lia pun harus diperas oleh agensi. Lia harus
membayar 100 Dinar per bulan pada agensi.
Kasus Mini Binti Ocin Kampeng
Mini Binti Ocin Kampeng, TKW asal Subang Jawa Barat setelah tiba di
Yordania TKW langsung dipekerjakan pada majikan bernama Ramona Abdul
Hamid. Dikarenakan majikan tersebut sering mempekerjakan Mini pada orang
lain, sering melakukan kekerasan, dan pembayaran gaji Mini dipersulit,
maka Mini hanya mampu bekerja selama 13 bulan. Karena sering
dipekerjakan pada orang lain dan menerima pelbagai tindak kekerasan,
Mini kabur dari rumah majikan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia
(KBRI) Yordania.
Mini mengadukan persoalan yang dialaminya pada KBRI Yordania. Sayang,
oleh staf KBRI yang mengaku bernama Nasikin atau biasa disapa Ikin,
Mini hanya disarankan agar yang bersangkutan kembali bekerja pada
majikan. Selang beberapa hari di KBRI, Mini dijemput sang majikan untuk
kembali dipekerjakan. Mini hanya dijanjikan mendapat beberapa bulan
gaji. Dihadapan Nasikin dan Staf KBRI Yordania linnya yang bernama
Gunawan, sang majikan memperlihatkan dan memberikan beberapa bulan gaji
dan membujuk agar Mini mau kembali bekerja padanya.
Karena janji tersebut dihadapan KBRI, Mini percaya dan mau kembali.
Sesampai di rumah majikan, ternyata uang beberapa bulan gaji yang
diberikan di KBRI tersebut diminta paksa oleh majikan dan sang majikan
kembali melakukan hal yang sama, yakni mempekerjakan Mini pada majikan
lain, serta melakukan tindak kekerasan. Kesaksian di depan KBRI Yordania
seolah tak ada gunanya.
Berdasarkan beberapa kesaksian dan pengaduan di atas, tampak sebuah
pola bagaimana KBRI Yordania turut terlibat menjerumuskan TKI/BMI pada
jerat ketidakberdayan di depan agensi dan majikan. Tak ada mekanisme
perlindungan yang berjalan. TKI yang mengadukan kasusnya ke KBRI
Yordania selalu disarankan kembali ke agensi atau majikan.
“Selain nama- nama TKW yang kami sebut tadi, ada juga TKW yang secara
langsung keluarganya maupun melalui telepon dari TKW yang bersangkutan
juga menyampaikan permasalahan yang sama. Keluhan atas pelayanan KBRI
Yordania juga dialami dan diadukan Daniah Binti Rasim, TKW asal
Indramayu, Sumiyati Binti Kasnari TKW asal Pemalang, Jawa Tengah,
Karwati Binti Kartama, TKW asal Cirebon, Jawa Barat. Menurut kesaksian
para TKW tersebut, bahwa ada ratusan bahkan mungkin ribuan TKW asal
Indonesia yang tidak berdokumen dan tinggal di kontrakan yang tersebar
di berbagai daerah di Jordan, seperti daerah Jabal Aman, Zova, Hasmi
Samalih, Mahata, Muhazirin, dan Sahab.” tutur Juwari, Ketua SBMI
Indramayu.
Terkait layanan, jangankan upaya tegas mendesak pemerintah Yordania
menindak aksi kekerasan majikan pada TKI, staf KBRI Yordania pun
ternyata masih menerima suap agensi atau majikan. Ketika aduan ditolak
pihak KBRI Yodania, maka tidak ada pilihan lain bagi TKI di Yordania,
tejerumus pada lubang yang sama (dengan dikembalikan pada majikan atau
agensi yang melakukan tindak kekerasan) atau menolak dan memilih menjadi
PRT lepas dengan tinggal di kontrakan. Pelbagai catatan atas kinerja
pelayanan KBRI Yordania yang jauh dari mandat perlindungan WNI ini harus
disikapi tegas oleh Pemerintah di Indonesia dalam hal ini melalui
Kementerian Luar Negeri. Evaluasi harus dilakukan, oknum pejabat yang
terbukti melakukan pelanggaran harus dipecat.
Post a Comment