Jelang Puasa, Omzet Perhiasan Lapis Emas Indramayu Meningkat
"Biasanya penjualan per bulan Rp 20 juta, tapi kalau mau puasa seperti sekarang ini bisa sampai Rp 40 juta per bulan," ujar Wiryanto (39), seorang pemilik usaha perhiasan lapis emas, ditemui di Pasar Indramayu.
Dia menuturkan, permintaan konsumen akan cenderung meningkat pada momen ini, hingga menjelang lebaran. Selain berkaitan dengan minat konsumen, daya beli juga menjadi faktor tambahan.
Tidak tertutup kemungkinan, ini juga berkaitan dengan bertambahnya pendapatan, terutama bagi kalangan pekerja dalam bentuk tunjangan hari raya.
Dengan demikian, puncak penjualan perhiasan lapis emas hanya terjadi satu kali dalam setahun. Tren harga emas yang terus meningkat juga membuat konsumen mulai melirik emas lapis, yang jika dilihat sekilas, tampilannya tak kalah berkilau.
Dilihat dari bentuk perhiasan, dia mengatakan, sampai saat ini semua jenis perhiasan masih diminati konsumen, mulai dari gelang, kalung, cincin, hingga sejumlah aksesoris lain yang dilapis emas.
Dengan tiga tingkatan kualitas, konsumen bisa menyesuaikan produk yang dibeli dengan kemampuan. Tingkat kualitas ini berkaitan dengan daya tahan emas menempel pada perhiasan, yang sebagian besar berbahan dasar tembaga. Harganya memang terbilang murah.
Untuk kualitas terrendah misalnya, harga perhiasan dimulai dari Rp 3.000 per buah. Daya tahan lapis emas untuk kualitas tersebut berkisar satu bulan. Harga yang semakin tinggi biasanya terkait dengan kerumitan model, hingga daya tahan lapis emas.
Dia menambahkan, usaha perhiasan lapis emas di Indramayu terpusat di Desa Bojongsari Kec. Indramayu. Di desa tersebut, terdapat unit usaha pembuat perhiasan lapis emas.
Sebagian besar usaha telah berlangsung turun temurun. "Saya dulunya belajar dari paman, lalu membuat usaha sendiri," kata Wiryanto, yang sudah menekuni usaha ini selama sepuluh tahun terakhir.
Bahan baku didatangkan dari berbagai daerah, seperti Surabaya, Tegal, Pekalongan, dan Tasikmalaya. Setelah diolah, produk jadi perhiasan lapis emas ini dipasarkan di beberapa daerah potensial seluruh Indonesia, mulai dari Medan hingga Papua.
Kendati tetap optimistis dengan usaha yang dijalani, dia mengatakan, ancaman di pasar tetap ada. Saat ini, produk perhiasan lapis emas Indramayu harus bersaing dengan produk serupa buatan China. Produk lokal cenderung kalah, baik dari sisi kualitas maupun harga. Maka secara perlahan, penguasaan pasar perhiasan lapis emas buatan Indramayu pun terus menurun.
Post a Comment