Wak Deles (Artis Sandiwara Tarling) Tarling Butuh Pelawak
Indramayu - Nama artis lawak yang satu ini kini tengah bersinar. Wak Deles, nama panggilan di pangung untuk artis yang memiliki nama asli Warsita, bukanlah hanya pemain badut lagi, tetapi ia juga adalah pemimpin Grup Tarling Dewa Muda yang terlaris bermain pentas di musim hajatan.
Amat beralasan jika Grup Tarling Dewa Muda laris dan banyak ditonton orang, sebab ketika Grup Tarling Bhayakara tengah berjaya, dulu, Wak Deles adalah pemain lawak bersama pasangannya Wak Haji Sawud. Setelah Wak Haji Sawud wafat, ia kehilangan pasangannya. Kemudian Wak Deles pindah ke Grup tarling Baladewa Desa Larangan Kecamatan Lohbener.
Pikir punya pikir, daripada bergelut dari dulu hanya sebagai pemain lawak di grup lain, lebih baik mendirikan grup tarling sendiri. Toh, grup tarling lain bisa laris karena ada tokoh lawak bernama Wak Deles yang kocak dan bisa membuat penonton terkekeh-kekeh.
“Saya nekat mendidirkan grup tarling bernama Dewa Muda di bawah pimpinan saya sendiri. Disangka tarling tidak laku, eh Alhamdulillah panggungan seni kini malah semakin laris. Masyarakat kembali mencintai tarling,” kata Wak Deles, seniman asal Desa Wanakaya Kecamatan Haurgeulis ini, sambil mengatakan di kala Wak Deles tampil penonton tak pernah hengkang dari tempat duduknya. Hal itu menggambarkan seni tarling dicintai masyarakat di kala Grup Putra Sangkala pimpinan H. Abdul Adjib almarhum masih berjaya.
Mendirikan grup tarling bukan semata ingin mencari popularitas dan mengeruk uang sebanyak-banyaknya. Namun terbetik di dalamnya ingin mengangkat citra tarling yang selama ini sudah terancam punah akibat tersaing grup seni kontemporer.
Bahkan khususnya di Kabupaten Indramayu, akibat maraknya grup seni kontemporer, tidak sedikit grup tarling yang dulu terkenal belakangan ini ada yang sudah “gulung tikar”, bahkan yang ada juga panggungannya sudah berkurang.
“Nah setelah saya mendirikan grup tarling, masyarakat Indramayu dan sekitarnya banyak yang rindu tarling. Makanya saya kemas seni tarling dengan gaya khas tanpa meninggalkan keasliannya. Bahkan dalam lawakannya saya kemas semakin kocak,” kata Wak Deles.
Diakuinya, masyarakat senang nonton tarling bukan semata senang mendengar dendang lagu klasik tarlingannya. Lebih dari itu masyarakat senang juga dengan ceritera rumah tangga khas tarling yang di dalamnya penuh dengan kocak dan tawa ria. Contohnya ketika seniman tarling Tiplok dan H. Sawud masih hidup, grup tarling berjaya. Setelah ditinggalkan para pelawak tarling, nasib grup tarling semakin menurun.
“Nah saya mencoba mendongkrak hiburan seni tarling agar masyarakat lebih mencintai seni budaya daerahnya agar seni warisan leluhur tidak punah tertelan zaman,” katanya. (sumber)
Amat beralasan jika Grup Tarling Dewa Muda laris dan banyak ditonton orang, sebab ketika Grup Tarling Bhayakara tengah berjaya, dulu, Wak Deles adalah pemain lawak bersama pasangannya Wak Haji Sawud. Setelah Wak Haji Sawud wafat, ia kehilangan pasangannya. Kemudian Wak Deles pindah ke Grup tarling Baladewa Desa Larangan Kecamatan Lohbener.
Pikir punya pikir, daripada bergelut dari dulu hanya sebagai pemain lawak di grup lain, lebih baik mendirikan grup tarling sendiri. Toh, grup tarling lain bisa laris karena ada tokoh lawak bernama Wak Deles yang kocak dan bisa membuat penonton terkekeh-kekeh.
“Saya nekat mendidirkan grup tarling bernama Dewa Muda di bawah pimpinan saya sendiri. Disangka tarling tidak laku, eh Alhamdulillah panggungan seni kini malah semakin laris. Masyarakat kembali mencintai tarling,” kata Wak Deles, seniman asal Desa Wanakaya Kecamatan Haurgeulis ini, sambil mengatakan di kala Wak Deles tampil penonton tak pernah hengkang dari tempat duduknya. Hal itu menggambarkan seni tarling dicintai masyarakat di kala Grup Putra Sangkala pimpinan H. Abdul Adjib almarhum masih berjaya.
Mendirikan grup tarling bukan semata ingin mencari popularitas dan mengeruk uang sebanyak-banyaknya. Namun terbetik di dalamnya ingin mengangkat citra tarling yang selama ini sudah terancam punah akibat tersaing grup seni kontemporer.
Bahkan khususnya di Kabupaten Indramayu, akibat maraknya grup seni kontemporer, tidak sedikit grup tarling yang dulu terkenal belakangan ini ada yang sudah “gulung tikar”, bahkan yang ada juga panggungannya sudah berkurang.
“Nah setelah saya mendirikan grup tarling, masyarakat Indramayu dan sekitarnya banyak yang rindu tarling. Makanya saya kemas seni tarling dengan gaya khas tanpa meninggalkan keasliannya. Bahkan dalam lawakannya saya kemas semakin kocak,” kata Wak Deles.
Diakuinya, masyarakat senang nonton tarling bukan semata senang mendengar dendang lagu klasik tarlingannya. Lebih dari itu masyarakat senang juga dengan ceritera rumah tangga khas tarling yang di dalamnya penuh dengan kocak dan tawa ria. Contohnya ketika seniman tarling Tiplok dan H. Sawud masih hidup, grup tarling berjaya. Setelah ditinggalkan para pelawak tarling, nasib grup tarling semakin menurun.
“Nah saya mencoba mendongkrak hiburan seni tarling agar masyarakat lebih mencintai seni budaya daerahnya agar seni warisan leluhur tidak punah tertelan zaman,” katanya. (sumber)
Post a Comment