TKI Indramayu Hilang di Arab Saudi
Indramayu - Satu lagi tenaga kerja Indonesia (TKI) hilang di Arab Saudi. Kasem binti Sukarih alias Rasmini, TKI wanita asal Indramayu, Jawa Barat, sampai hari ini belum diketahui keberadaannya.
“Sudah 14 tahun Ibu pergi ke Arab Saudi tanpa memberikan kabar berita pada keluarga yang ada di Indramayu,” kata putri Kasem, Eka Sri Rahayu, Rabu 29 Juni 2011. Kasem berangkat ke Kota Jeddah, Arab Saudi, pada 1994 melalui perusahaan penyalur TKI PT Jaya Lima Utama.
Ayu menuturkan, ibunya terakhir kali diketahui keberadaannya di Penjara Tarhil. Ia mengetahui kabar itu dari saudaranya yang bekerja di Saudi. “Ketika itu Ibu sempat mengganti namanya dengan nama Rasmini,” ujarnya.
Ayu--sapaan akrabnya--melaporkan kabar kehilangan ibunya melalui surat elektronik ke Posko Perlindungan TKI PDI Perjuangan. Ia juga melayangkan surat permohonan bantuan yang ditujukan ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Saya mengharapkan bantuan karena tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin dengan cara seperti ini saya bisa bertemu dengan ibu,” kata mahasiswi ini.
Ayu tinggal di Desa Cibeusi, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Sedangkan ibunya, Kasem alias Rasmini, beralamat di Jalan Buyut Lancip, Desa Babadan Tengah, Kecamatan Kertasemaya, Indramayu, Jawa Barat.
Wakil Ketua Bidang Pengaduan Pospertki PDI Perjuangan, Eka Sapta Rivai, mengatakan akan membantu pengaduan Ayu. Ia mengaku sangat memahami dan merasakan hubungan antara anak dan orang tua yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu.
Eka mengatakan, jika Kasem betul berada di Penjara Tarhil, yang juga sebagai tempat penjara deportasi di Kota Jeddah, hal itu akan mudah ditelusuri. Namun, jika ternyata Kasem tidak berada di Penjara Tarhil, misalnya, melarikan diri dan tinggal di penampungan ilegal, tentunya akan mempersulit penelusuran. “Karena penampungan ilegal di Arab Saudi sangat banyak,” kata dia.
Posko Perlindungan TKI PDI Perjuangan akan meminta bantuan kepada para kader dan warga Indonesia yang berada di Saudi. “Apabila diperlukan, kami akan mengusulkan ke Konsulat Jenderal RI di Jeddah agar disiarkan di media setempat,” kata Eka. (Tempo)
“Sudah 14 tahun Ibu pergi ke Arab Saudi tanpa memberikan kabar berita pada keluarga yang ada di Indramayu,” kata putri Kasem, Eka Sri Rahayu, Rabu 29 Juni 2011. Kasem berangkat ke Kota Jeddah, Arab Saudi, pada 1994 melalui perusahaan penyalur TKI PT Jaya Lima Utama.
Ayu menuturkan, ibunya terakhir kali diketahui keberadaannya di Penjara Tarhil. Ia mengetahui kabar itu dari saudaranya yang bekerja di Saudi. “Ketika itu Ibu sempat mengganti namanya dengan nama Rasmini,” ujarnya.
Ayu--sapaan akrabnya--melaporkan kabar kehilangan ibunya melalui surat elektronik ke Posko Perlindungan TKI PDI Perjuangan. Ia juga melayangkan surat permohonan bantuan yang ditujukan ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Saya mengharapkan bantuan karena tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin dengan cara seperti ini saya bisa bertemu dengan ibu,” kata mahasiswi ini.
Ayu tinggal di Desa Cibeusi, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Sedangkan ibunya, Kasem alias Rasmini, beralamat di Jalan Buyut Lancip, Desa Babadan Tengah, Kecamatan Kertasemaya, Indramayu, Jawa Barat.
Wakil Ketua Bidang Pengaduan Pospertki PDI Perjuangan, Eka Sapta Rivai, mengatakan akan membantu pengaduan Ayu. Ia mengaku sangat memahami dan merasakan hubungan antara anak dan orang tua yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu.
Eka mengatakan, jika Kasem betul berada di Penjara Tarhil, yang juga sebagai tempat penjara deportasi di Kota Jeddah, hal itu akan mudah ditelusuri. Namun, jika ternyata Kasem tidak berada di Penjara Tarhil, misalnya, melarikan diri dan tinggal di penampungan ilegal, tentunya akan mempersulit penelusuran. “Karena penampungan ilegal di Arab Saudi sangat banyak,” kata dia.
Posko Perlindungan TKI PDI Perjuangan akan meminta bantuan kepada para kader dan warga Indonesia yang berada di Saudi. “Apabila diperlukan, kami akan mengusulkan ke Konsulat Jenderal RI di Jeddah agar disiarkan di media setempat,” kata Eka. (Tempo)
Post a Comment