Ny Shendy Dede Yusuf Bagikan Kompor
Indramayu - Ketua Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) Ny. Shendy Dede Yusuf yang juga istri wakil Gubernur Jawa Barat, Senin (8/3) berkunjung ke Kabupaten Indramayu dan membagikan 100 kompor bagi para pengrajin batik yang ada di Indramayu. Kedatangan Ny. Shendy Dede Yusuf bersama dengan pengurus lainnya disambut Bupati Indramayu DR. H. Irianto MS. Syafiuddin, Kepala Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Drs. H. Warjo, Kabag Perekonomian Dede Setyawati, Kabag Humas dan Protokol Ade Suhayati, dan Kabid Kebudayaan Trisna Hendarin di ruang dalam Pendopo Indramayu.
Pada kesempatan itu Bupati Indramayu DR. H. Irianto MS. Syafiuddin mengungkapkan, Kabupaten Indramayu menjadi salah satu daerah dengan sentra batik yang sangat baik yang ada di Jawa Barat. Sebelumnya, batik Indramayu hampir mengalami keterpurukan namun berkat kerja keras dari semua pihak keberadaan batik Indramayu kini kembali bangkit dan diperhitungkan oleh semua pihak. Meskipun demikian, para pengrajin batik masih mengalami sejumlah kendala terutama dalam hal bantuan modal dan juga pengelolaan manajemen.
Bupati menambahkan, sampai saat ini perusahaan resmi yang membuat dan memperjualbelikan batik Indramayu mencapai 20 perusahaan dengan menyerap 286 tenaga kerja. Kemudian memiliki 200 motif dan 50 motif diantaranya telah dipatenkan serta mampu memproduksi batik sebanyak 1928 potong/tahun.
Sementara itu Ny. Shendy Dede Yusuf menjelaskan, pembagian kompor ini merupakan program dari Yayasan Batik Indonesia, dan Jawa Barat mendapatkan 600 kompor yang dibagikan kepada para pengrajin batik yang tersebar di Indramayu, Cirebon, Tasikmalaya, Bandung, dan daerah lainnya. Pembagian kompor bagi para pengrajin batik ini diharapkan dapat mengangkat tingkat produksi pengrajin yang ada di Indramayu.
Ny. Shendy menambahkan, sebagai upaya untuk bersaing di dunia internasional maka bagi para pembatik agar mencantumkan merek dan perusahaan serta alamat dari setiap lembar kain batik yang dihasilkan. Ia juga menekankan agar para pembatik tidak beralih ke batik printing, namun harus tetap mempertahankan batik tulis. “Saat ini yang tengah jadi idola pasar luar negeri adalah batik tulis asli, bukannya batik printing.” Tegasnya.
Selain itu, Yayasan Batik Jawa Barat akan membantu memberikan pelatihan-pelatihan kepada para pengrajin seperti halnya manajemen dan administrasi, kemudian pelatihan teknik pewarnaan, bantuan promosi, dan juga bantuan dari perbankaan dengan bunga yang rendah. Hal lain yang juga akan di perhatikan lanjut Ny. Shendy, adalah pengelolaan limbah kimia bekas batik.(dens/humasindramayu)
Post a Comment