Berapa Besar Suara Mereka?
Ketika Nomor Urut Kini Tak Lagi Menentukan
Sistem suara terbanyak memang membuat para caleg menjadi H2C alias harap-harap cemas. Betapa tidak, Pemilu 2009 ini akan menjadi bukti seberapa besar dukungan rakyat terhadap mereka. Sebab siapa yang mendapatkan suara terbanyak, itulah yang berpeluang duduk di kursi dewan. Berapa suara yang akan mereka peroleh?
JIKA melihat rekapitulasi hasil perolehan suara Pemilu 2004 DPRD Indramayu, ternyata caleg yang memperoleh dukungan di atas 5.000 suara bisa dihitung dengan jari. Dari 45 anggota DPRD 2004-2009 terpilih, sebagian besar ternyata hanya memperoleh suara dukungan di bawah 5.000. Hanya beberapa orang saja yang suaranya mampu menembus angka 5.000.
Di Dapil 1 misalnya, ada nama Kuswanto (PDIP) dengan 5.726 suara. Kemudian Hj Cholida (Partai Golkar) memperoleh 7.100, dan H Munadi Abdulgani meraih 8.664 suara. Kemudian
Dapil 2, Abdul Munir Amari (PKB) memperoleh 5.494 suara dan Ana Sophana (Partai Golkar) 11.469 suara.
Sedangkan di Dapil 3 hanya Mulyanto BA (Partai Golkar) yang mampu meraih 5.218 suara. Dapil 4 ada nama Hj Emi Jumiarsih SE dengan 14.603 suara. Di dapil 5 caleg Partai Golkar Jeni Eryudin SE mampu meraih 6.477 suara.
Untuk Dapil 6, HM Sutoyo (PDIP) mendapat 7.712 suara, Drs H Kaharudin MM (alm) dari Partai Golkar saat itu mampu meraih 19.690 suara, dan Atoilah Dalil 5.561 suara. Sebagian besar caleg tersebut kembali dicalonkan dalam pemilu tahun ini, kecuali HM Sutoyo (PDIP) dan alm Drs H Kaharudin MM.
Yang menarik, meskipun mampu meraih suara signifikan namun banyak yang gagal duduk sebagai anggota DPRD 2004-2009. Karena pada tahun 2004 memang masih menggunakan nomor urut. Mereka antara lain Abdul Munir Amari (PKB), Mulyanto BA (Partai Golkar), Hj Emi Jumiarsih SE (Partai Golkar), Jeni Eryudin SE (Partai Golkar), Drs H Kaharudin MM (alm), dan HM Sutoyo (PDIP). Sementara Hj Ana Sophana juga belum pernah duduk di kursi dewan, karena saat itu menyatakan mengundurkan diri. Akankah dukungan bagi mereka masih signifikan setelah berselang lima tahun? Tentunya semua dikembalikan lagi kepada rakyat. Apalagi saat ini rakyatlah yang akan menentukan nasib mereka. Jadi sekarang jangan berharap bisa duduk di kursi dewan kalau dukungan rakyat kecil. (oet)
Sistem suara terbanyak memang membuat para caleg menjadi H2C alias harap-harap cemas. Betapa tidak, Pemilu 2009 ini akan menjadi bukti seberapa besar dukungan rakyat terhadap mereka. Sebab siapa yang mendapatkan suara terbanyak, itulah yang berpeluang duduk di kursi dewan. Berapa suara yang akan mereka peroleh?
JIKA melihat rekapitulasi hasil perolehan suara Pemilu 2004 DPRD Indramayu, ternyata caleg yang memperoleh dukungan di atas 5.000 suara bisa dihitung dengan jari. Dari 45 anggota DPRD 2004-2009 terpilih, sebagian besar ternyata hanya memperoleh suara dukungan di bawah 5.000. Hanya beberapa orang saja yang suaranya mampu menembus angka 5.000.
Di Dapil 1 misalnya, ada nama Kuswanto (PDIP) dengan 5.726 suara. Kemudian Hj Cholida (Partai Golkar) memperoleh 7.100, dan H Munadi Abdulgani meraih 8.664 suara. Kemudian
Dapil 2, Abdul Munir Amari (PKB) memperoleh 5.494 suara dan Ana Sophana (Partai Golkar) 11.469 suara.
Sedangkan di Dapil 3 hanya Mulyanto BA (Partai Golkar) yang mampu meraih 5.218 suara. Dapil 4 ada nama Hj Emi Jumiarsih SE dengan 14.603 suara. Di dapil 5 caleg Partai Golkar Jeni Eryudin SE mampu meraih 6.477 suara.
Untuk Dapil 6, HM Sutoyo (PDIP) mendapat 7.712 suara, Drs H Kaharudin MM (alm) dari Partai Golkar saat itu mampu meraih 19.690 suara, dan Atoilah Dalil 5.561 suara. Sebagian besar caleg tersebut kembali dicalonkan dalam pemilu tahun ini, kecuali HM Sutoyo (PDIP) dan alm Drs H Kaharudin MM.
Yang menarik, meskipun mampu meraih suara signifikan namun banyak yang gagal duduk sebagai anggota DPRD 2004-2009. Karena pada tahun 2004 memang masih menggunakan nomor urut. Mereka antara lain Abdul Munir Amari (PKB), Mulyanto BA (Partai Golkar), Hj Emi Jumiarsih SE (Partai Golkar), Jeni Eryudin SE (Partai Golkar), Drs H Kaharudin MM (alm), dan HM Sutoyo (PDIP). Sementara Hj Ana Sophana juga belum pernah duduk di kursi dewan, karena saat itu menyatakan mengundurkan diri. Akankah dukungan bagi mereka masih signifikan setelah berselang lima tahun? Tentunya semua dikembalikan lagi kepada rakyat. Apalagi saat ini rakyatlah yang akan menentukan nasib mereka. Jadi sekarang jangan berharap bisa duduk di kursi dewan kalau dukungan rakyat kecil. (oet)
Post a Comment