RSUD Indramayu Rawat Pasien Suspect Flu Burung
ANJATAN, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Indramayu merawat seorang warga suspect flu burung, Wasan (33 tahun) penduduk Blok Karangjaya Desa Mangunjaya Kec. Anjatan Kab.Indramayu. Ia terpaksa menjalani perawatan di ruang isolasi rumah sakit itu karena mengalami sakit dengan gejala mirip suspect (terduga) flu burung, Rabu (25/3) malam. Ia mengalami demam tinggi disusul sesak nafas.
Diperoleh keterangan, beberapa hari sebelumnya sejumlah unggas jenis ayam milik Wasan mengalami kematian mendadak. Tidak diketahui pasti penyebab kematian ayam-ayam milik Wasan tersebut. Namun empat hari setelah kematian, Wasan tiba-tiba mengalami demam tinggi disertai sesak nafas. Awalnya, seperti dituturkan orang tua Wasan, Raman (60 tahun), demam tinggi yang dialami itu dianggap sakit biasa.
Namun ketika beberapa hari demam tak kujung reda ditambah munculnya sesak nafas, Raman bersama kerabatnya yang lain melarikan Wasan ke RS. MA. Sentot, Patrol, Kab. Indramayu. Rupanya, dokter yang menangani saat itu melihat adanya indikasi suspect flu burung sehingga kemudian merujuk Wasan ke RSUD Indramayu.
Dokter jaga RSUD Indramayu, dr. Johari, mengatakan pihaknya belum bisa menyimpulkan soal benar tidaknya Wasan mengidap flu burung. Sebab menurutnya, pihak RSUD harus melakukan serangkaian observasi dan tes darah untuk memastikan hal tersebut. “Untuk sementara pasien kami rawat di ruang isolasi. Mengenai hasil tes darah dan observasi, akan bisa diketahui beberapa hari mendatang,” tukas Johari.
Di ruang tunggu RSUD Indramayu, Raman kepada wartawan membenarkan perihal kematian unggas di rumah Wasan. Menurut Raman, setelah ayam-ayam milik anaknya itu ditemukan mati mendadak, mereka lalu membuangnya ke sungai tanpa sempat dilaporkan ke petugas Subdin Peternakan atau aparat desa dan kecamatan setempat. Pasalnya, kata dia, baik Raman maupun Wasan menyangka, kematian ayam-ayam mereka diakibatkan perubahan cuaca yang terlalu mencolok. “Kami tidak mengerti soal prosedur pemeriksaan unggas yang mati mendadak,” ujar Raman. (C-26)
Diperoleh keterangan, beberapa hari sebelumnya sejumlah unggas jenis ayam milik Wasan mengalami kematian mendadak. Tidak diketahui pasti penyebab kematian ayam-ayam milik Wasan tersebut. Namun empat hari setelah kematian, Wasan tiba-tiba mengalami demam tinggi disertai sesak nafas. Awalnya, seperti dituturkan orang tua Wasan, Raman (60 tahun), demam tinggi yang dialami itu dianggap sakit biasa.
Namun ketika beberapa hari demam tak kujung reda ditambah munculnya sesak nafas, Raman bersama kerabatnya yang lain melarikan Wasan ke RS. MA. Sentot, Patrol, Kab. Indramayu. Rupanya, dokter yang menangani saat itu melihat adanya indikasi suspect flu burung sehingga kemudian merujuk Wasan ke RSUD Indramayu.
Dokter jaga RSUD Indramayu, dr. Johari, mengatakan pihaknya belum bisa menyimpulkan soal benar tidaknya Wasan mengidap flu burung. Sebab menurutnya, pihak RSUD harus melakukan serangkaian observasi dan tes darah untuk memastikan hal tersebut. “Untuk sementara pasien kami rawat di ruang isolasi. Mengenai hasil tes darah dan observasi, akan bisa diketahui beberapa hari mendatang,” tukas Johari.
Di ruang tunggu RSUD Indramayu, Raman kepada wartawan membenarkan perihal kematian unggas di rumah Wasan. Menurut Raman, setelah ayam-ayam milik anaknya itu ditemukan mati mendadak, mereka lalu membuangnya ke sungai tanpa sempat dilaporkan ke petugas Subdin Peternakan atau aparat desa dan kecamatan setempat. Pasalnya, kata dia, baik Raman maupun Wasan menyangka, kematian ayam-ayam mereka diakibatkan perubahan cuaca yang terlalu mencolok. “Kami tidak mengerti soal prosedur pemeriksaan unggas yang mati mendadak,” ujar Raman. (C-26)
Post a Comment