Akibat Abrasi, Warga Pesisir Ujunggebang Sengsara
INDRAMAYU, Beberapa tahun terakhir ini sedikitnya sudah puluhan pemukiman warga nelayan dan ratusan hektar tanah milik adat warga serta asset Desa Ujunggebang dan Tegaltaman Kec Sukra, hancur akibat abrasi air laut.
Ratusan warga pesisir Ujunggebang sengsara, sementara usulan pemerintahan desa setempat guna pembangunan reak water(pemecah gelombang) ke dinas instansi terkait sampai saat ini realisasinya masih belum jelas. Demikian dikatakan warga Blok Tanjungpura Desa Ujunggebang Kec Sukra, Darmin (60) pada Pelita Minggu di lokasi pesisir pantai laut Ujunggebang.
Dijelaskan, letak geografis kedua desa, sebelah barat kali Sewo yang merupakan sebagai pembatas antar-kabupaten (Kab Indramayu dan Subang) serta di sebalah utara berbatasan dengan laut yang dikenal laut Ujunggebang. Mayoritas penduduknya selain bertani, juga sebagian nelayan. Sayangnya lahan pesawahan maupun tanah darat milik adat maupun asset desa, belakangan ini makin berkurang, akibat abrasi laut yang berkepanjangan.
Tahun lalu diuntungkan oleh adanya bantuan pembangunan break water dari pemerintah, kendati hanya baru sepanjang 1 km. Setidaknya ancaman abrasi sedikit berkurang sebab sebelumnya jumlah pemukiman warga nelayan di blok Pesisir Tanjungpura, terbongkar dan ambruk. Sampai sekarang sisa bangunan tempat tinggal dapat dihitung dengan jari bahkan lokasi Tempat Pelalangan Ikan (TPI) pun terancam, sebab jarak ke bibir pantai hanya tinggal beberapa meter saja.
Peristiwa alam seperti abrasi laut Ujunggebang sempat merugikan warga Desa Ujunggebang dan Tegaltaman seperti kehilangan tempat tinggal dan asset kekayaan berupa tanah darat maupun lahan pesawahan milik adat maupun milik desa itu terjadi dimulai pada kisaran tahun 1972.
Lokasi Tempat Pemakaman Umum (TPU) Buyut Tarsiyem di pinggiran laut pun, hanya tersisa puing-puing pusara berserakan. Jasad tulang manusia sebagian dipindahkan oleh keluarganya namun ada juga dibiarkan. Sayangnya, sisa panjang pantai kurang lebih 1,5 km pembangunan break waternya terhenti.
Beberapa waktu lalu sempat dilakukan pengukuran dari Dinas terkait, tetapi hingga kini masih belum ada tanda-tanda akan dilakukan pekerjaan lanjutan. Kami berharap keresahan dan keluhan warga pesisir Ujunggebang terdengar, sebab jika dibiarkan besar kemungkinan kerugian akan makin bertambah, tutur Darmin.
Kuwu Desa Ujunggebang Kec Sukra di kediamannya membenarkan, bahwa selama ini warga Pesisir Ujunggebang resah. Soal keluhan warga tersebut, kuwu sudah berusaha maksimal dan berulang kali mengusulkan kelanjutan pembangunan break water.
Bahkan Kuwu sempat menemui langsung pada bagian terkait di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat di Bandung serta sampai ke Balai Besar Citarum belum lama ini. Diakui pada tahun 2008 sempat kedatangan tim konsultan dari PSDA untuk mengecek lokasi pantai yang tersisa 1,5 Km serta sudah dilakukan pematokan, tapi alhasil hingga sekarang belum ada kabar akan dilanjutkan pembangunannya, katanya.
Di tempat terpisah kuwu Desa Tegaltaman, Dirlam Fahturakhman menambahkan, terkait usulan tersebut kerap dilakukan bahkan sudah tidak terhitung proposal dibuat guna pembangunan dimaksud. Pantai Tegaltaman yang belum dibangun break water menurutnya berkisar 2 km. Kerugian dari abrasi pun tidak jauh beda dengan Desa Ujunggebang, pasalnya lokasi desanya satu hamparan dengan Tegaltaman, keluhnya.
Ratusan warga pesisir Ujunggebang sengsara, sementara usulan pemerintahan desa setempat guna pembangunan reak water(pemecah gelombang) ke dinas instansi terkait sampai saat ini realisasinya masih belum jelas. Demikian dikatakan warga Blok Tanjungpura Desa Ujunggebang Kec Sukra, Darmin (60) pada Pelita Minggu di lokasi pesisir pantai laut Ujunggebang.
Dijelaskan, letak geografis kedua desa, sebelah barat kali Sewo yang merupakan sebagai pembatas antar-kabupaten (Kab Indramayu dan Subang) serta di sebalah utara berbatasan dengan laut yang dikenal laut Ujunggebang. Mayoritas penduduknya selain bertani, juga sebagian nelayan. Sayangnya lahan pesawahan maupun tanah darat milik adat maupun asset desa, belakangan ini makin berkurang, akibat abrasi laut yang berkepanjangan.
Tahun lalu diuntungkan oleh adanya bantuan pembangunan break water dari pemerintah, kendati hanya baru sepanjang 1 km. Setidaknya ancaman abrasi sedikit berkurang sebab sebelumnya jumlah pemukiman warga nelayan di blok Pesisir Tanjungpura, terbongkar dan ambruk. Sampai sekarang sisa bangunan tempat tinggal dapat dihitung dengan jari bahkan lokasi Tempat Pelalangan Ikan (TPI) pun terancam, sebab jarak ke bibir pantai hanya tinggal beberapa meter saja.
Peristiwa alam seperti abrasi laut Ujunggebang sempat merugikan warga Desa Ujunggebang dan Tegaltaman seperti kehilangan tempat tinggal dan asset kekayaan berupa tanah darat maupun lahan pesawahan milik adat maupun milik desa itu terjadi dimulai pada kisaran tahun 1972.
Lokasi Tempat Pemakaman Umum (TPU) Buyut Tarsiyem di pinggiran laut pun, hanya tersisa puing-puing pusara berserakan. Jasad tulang manusia sebagian dipindahkan oleh keluarganya namun ada juga dibiarkan. Sayangnya, sisa panjang pantai kurang lebih 1,5 km pembangunan break waternya terhenti.
Beberapa waktu lalu sempat dilakukan pengukuran dari Dinas terkait, tetapi hingga kini masih belum ada tanda-tanda akan dilakukan pekerjaan lanjutan. Kami berharap keresahan dan keluhan warga pesisir Ujunggebang terdengar, sebab jika dibiarkan besar kemungkinan kerugian akan makin bertambah, tutur Darmin.
Kuwu Desa Ujunggebang Kec Sukra di kediamannya membenarkan, bahwa selama ini warga Pesisir Ujunggebang resah. Soal keluhan warga tersebut, kuwu sudah berusaha maksimal dan berulang kali mengusulkan kelanjutan pembangunan break water.
Bahkan Kuwu sempat menemui langsung pada bagian terkait di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat di Bandung serta sampai ke Balai Besar Citarum belum lama ini. Diakui pada tahun 2008 sempat kedatangan tim konsultan dari PSDA untuk mengecek lokasi pantai yang tersisa 1,5 Km serta sudah dilakukan pematokan, tapi alhasil hingga sekarang belum ada kabar akan dilanjutkan pembangunannya, katanya.
Di tempat terpisah kuwu Desa Tegaltaman, Dirlam Fahturakhman menambahkan, terkait usulan tersebut kerap dilakukan bahkan sudah tidak terhitung proposal dibuat guna pembangunan dimaksud. Pantai Tegaltaman yang belum dibangun break water menurutnya berkisar 2 km. Kerugian dari abrasi pun tidak jauh beda dengan Desa Ujunggebang, pasalnya lokasi desanya satu hamparan dengan Tegaltaman, keluhnya.
Post a Comment