Tercampur Air Laut, 150 Hektare Padi Mati
KANDANGHAUR–Jebolnya breakwater (pemecah gelombang) di sepanjang pesisir pantai Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, membuat para petani setempat ikut merugi. Pasalnya, tanaman padi mereka terancam mati akibat salinitasi (tercampur air laut-red).
Data yang dihimpun Radar, sedikitnya 150 hektare sawah di empat blok sepanjang tepian pantai terendam banjir sejak batu pemecah ombak hancur berantakan diterjang ganasnya ombak. Keempat blok itu diantaranya Kalimenir Barat, Sarakan, Kedung Kangkung dan Blok Tonjong.
Para pemilik sawah, tidak bisa berbuat banyak untuk melakukan penyelamatan tanaman padi mereka yang sudah berumur sekitar satu bulan. Sebab air laut sudah tiga hari terakhir menggenangi padi, sedangkan rencana untuk melaksanakan gorol (kerja bakti) perbaikan breakwater yang jebol urung dilaksanakan.
“Petani di sini berencana untuk gotong royong memperbaiki breakwater yang rusak, tapi sulit,” ujar Ato (44), salah seorang petani setempat. Sebab kata dia, selain terbatasnya tenaga dan peralatan, air laut masih keluar masuk ke lahan pertanian mereka seiring masih terjadinya gelombang pasang.
Karena belum ada upaya penanggulangan, tanaman padi yang sudah terendam air laut lebih dari satu minggu bakal mati keasinan. Petani pun harus memikirkan biaya tambahan untuk melakukan penanaman ulang.
Sementara itu, kondisi pemukiman warga yang sempat terendam banjir rob dan curah hujan tinggi, sejak kemarin mulai surut. Kendati demikian, penduduk setempat masih merasa cemas bakal datangnya banjir susulan. Selain karena belum adanya perbaikan breakwater dan talud, juga akibat curah hujan yang masih tinggi. (kho)
Data yang dihimpun Radar, sedikitnya 150 hektare sawah di empat blok sepanjang tepian pantai terendam banjir sejak batu pemecah ombak hancur berantakan diterjang ganasnya ombak. Keempat blok itu diantaranya Kalimenir Barat, Sarakan, Kedung Kangkung dan Blok Tonjong.
Para pemilik sawah, tidak bisa berbuat banyak untuk melakukan penyelamatan tanaman padi mereka yang sudah berumur sekitar satu bulan. Sebab air laut sudah tiga hari terakhir menggenangi padi, sedangkan rencana untuk melaksanakan gorol (kerja bakti) perbaikan breakwater yang jebol urung dilaksanakan.
“Petani di sini berencana untuk gotong royong memperbaiki breakwater yang rusak, tapi sulit,” ujar Ato (44), salah seorang petani setempat. Sebab kata dia, selain terbatasnya tenaga dan peralatan, air laut masih keluar masuk ke lahan pertanian mereka seiring masih terjadinya gelombang pasang.
Karena belum ada upaya penanggulangan, tanaman padi yang sudah terendam air laut lebih dari satu minggu bakal mati keasinan. Petani pun harus memikirkan biaya tambahan untuk melakukan penanaman ulang.
Sementara itu, kondisi pemukiman warga yang sempat terendam banjir rob dan curah hujan tinggi, sejak kemarin mulai surut. Kendati demikian, penduduk setempat masih merasa cemas bakal datangnya banjir susulan. Selain karena belum adanya perbaikan breakwater dan talud, juga akibat curah hujan yang masih tinggi. (kho)
Post a Comment