Ombak Jedor Terjang Kandanghaur
KANDANGHAUR, Gelombang tinggi laut Jawa bagian utara yang dikenal dengan sebutan “ombak jedor” menerjang pemukiman warga di dua desa yakni Desa Eretan Kulon dan Desa Eretan Wetan Kec. Kandanghaur Kab. Indramayu, Minggu (8/2).
Akibatnya ribuan rumah terendam air setinggi rata-rata 1 meter. “Ombak Jedor” yang disertai tiupan angin kencang dan hujan deras itu juga menyebabkan bangunan penahan gelombang (break water) di Desa Eretan Kulon sepanjang 400 meter jebol.
Data yang dihimpun dari lapangan, akibat jebolnya bangunan penahan gelombang, ratusan rumah di Blok Kibuyut, Blok Pemugaran dan Blok Kebon II Desa Eretan menjadi lokasi yang terparah. Saking hebatnya gelombang, tumpukan batu sepanjang 400 meter yang difungsikan menahan arus laut, ambrol tak beraturan. Laju air sampai menerabas sejauh 100 meter lebih hingga hampir mencapai jalan utama pantura. “Kekuatan angin yang sangat kencang juga mempengaruhi arus gelombang,” ungkap Kuwu Eretan Kulon, D Amin, S.Pd.
Dijelaskan Amin, tanda-tanda bakal jebolnya bangunan tembok penahan gelombang sebenarnya sudah mulai terlihat sejak kejadian serupa pada Januari lalu. Padahal, sebagian besar bangunan terhitung baru yakni dibangun pada tahun 2008. Namun, karena kuatnya gelombang laut mengakibatkan struktur bangunan lapuk dan akhirnya jebol. “Permasalahannya sama yaitu kondisi tembok penahan gelombang yang sudah rapuh dan bolong-bolong. Dan sudah sejak lama kami usulkan untuk segera diperbaiki namun keburu ambrol diterjang gelombang tinggi,” tambah Amin.
Sekretaris Kec. Kandanghaur, Drs. Mismaka yang ditemui di lokasi bencana mengatakan, bencana “ombak jedor” merupakan yang ketiga sejak awal tahun 2009. Namun, kali ini terburuk karena lebih besar dan menghancurkan bangunan tembok penahan gelombang. Meski begitu, bencana tersebut tidak menimbulkan korban jiwa dan kerusakan berarti pada rumah-rumah penduduk.
Untuk langkah antisipasi, aparat kecamatan, polsek dan koramil setempat, imbuh Mismaka, bersiaga di lokasi kejadian. “Antisipasi tetap perlu karena gelombang pasang datang tiba-tiba. Ada bantuan perahu karet dari polres kami siagakan di dekat lokasi bencana,” ujar Mismaka seraya menambahkan untuk mengatasi kekurangan bahan makanan, pihaknya membagikan sembako kepada warga.
Kondisi yang sama juga terjadi di Desa Eretan Wetan. Gelombang pasang Laut Jawa merendam ratusan rumah penduduk. Tidak itu saja, ratusan hektare tambak ikan dan udang di desa tersebut juga terendam sehingga petani mengalami kerugian cukup besar. Penduduk setempat bergotong royong membuat tanggul-tanggul darurat dari karung yang diisi tanah atau pasir untuk menahan laju gelombang. “Gelombang sekarang lebih besar sehingga merendam seluruh permukiman warga. Dampak lain, tak satupun nelayan yang berani melaut,” tutur Sutrisno, warga setempat. (C-26)
Akibatnya ribuan rumah terendam air setinggi rata-rata 1 meter. “Ombak Jedor” yang disertai tiupan angin kencang dan hujan deras itu juga menyebabkan bangunan penahan gelombang (break water) di Desa Eretan Kulon sepanjang 400 meter jebol.
Data yang dihimpun dari lapangan, akibat jebolnya bangunan penahan gelombang, ratusan rumah di Blok Kibuyut, Blok Pemugaran dan Blok Kebon II Desa Eretan menjadi lokasi yang terparah. Saking hebatnya gelombang, tumpukan batu sepanjang 400 meter yang difungsikan menahan arus laut, ambrol tak beraturan. Laju air sampai menerabas sejauh 100 meter lebih hingga hampir mencapai jalan utama pantura. “Kekuatan angin yang sangat kencang juga mempengaruhi arus gelombang,” ungkap Kuwu Eretan Kulon, D Amin, S.Pd.
Dijelaskan Amin, tanda-tanda bakal jebolnya bangunan tembok penahan gelombang sebenarnya sudah mulai terlihat sejak kejadian serupa pada Januari lalu. Padahal, sebagian besar bangunan terhitung baru yakni dibangun pada tahun 2008. Namun, karena kuatnya gelombang laut mengakibatkan struktur bangunan lapuk dan akhirnya jebol. “Permasalahannya sama yaitu kondisi tembok penahan gelombang yang sudah rapuh dan bolong-bolong. Dan sudah sejak lama kami usulkan untuk segera diperbaiki namun keburu ambrol diterjang gelombang tinggi,” tambah Amin.
Sekretaris Kec. Kandanghaur, Drs. Mismaka yang ditemui di lokasi bencana mengatakan, bencana “ombak jedor” merupakan yang ketiga sejak awal tahun 2009. Namun, kali ini terburuk karena lebih besar dan menghancurkan bangunan tembok penahan gelombang. Meski begitu, bencana tersebut tidak menimbulkan korban jiwa dan kerusakan berarti pada rumah-rumah penduduk.
Untuk langkah antisipasi, aparat kecamatan, polsek dan koramil setempat, imbuh Mismaka, bersiaga di lokasi kejadian. “Antisipasi tetap perlu karena gelombang pasang datang tiba-tiba. Ada bantuan perahu karet dari polres kami siagakan di dekat lokasi bencana,” ujar Mismaka seraya menambahkan untuk mengatasi kekurangan bahan makanan, pihaknya membagikan sembako kepada warga.
Kondisi yang sama juga terjadi di Desa Eretan Wetan. Gelombang pasang Laut Jawa merendam ratusan rumah penduduk. Tidak itu saja, ratusan hektare tambak ikan dan udang di desa tersebut juga terendam sehingga petani mengalami kerugian cukup besar. Penduduk setempat bergotong royong membuat tanggul-tanggul darurat dari karung yang diisi tanah atau pasir untuk menahan laju gelombang. “Gelombang sekarang lebih besar sehingga merendam seluruh permukiman warga. Dampak lain, tak satupun nelayan yang berani melaut,” tutur Sutrisno, warga setempat. (C-26)
Post a Comment